Sunday, October 26, 2014

Chapter 4

Chapter 4

Kota teluk naga 06.32
Jiyuu telah sampai di pinggiran kota teluk naga. Kota ini memiliki jumlah populasi yang cukup banyak untuk ukuran kota yang tidak terlalu besar. Itu karena kota ini adalah salah satu tempat wisata yang ada di gracia.
Jiyuu yang berjalan menuju ke kota ini akhirnya sampai di alun – alun kota teluk naga ‘hosh hosh… hargh…. Cape’ ucap jiyuu yang kelelahan setelah berjalan jauh.
Tepat di tengah alun – alun kota teluk naga terdapat air mancur yang sangat indah. bangunan yang terbuat dari lapisan batu trasparan membuat air yang ada di dalamnya seperti terbang, terlebih lagi cahaya matahari yang di pantulkan oleh air membuatnya berkilauan. Selain itu, ada patung ukiran berbentuk naga yang melingkar hingga menuju puncak dan ada sungai kecil yang jernih mengalir di dalam kota. Air itu berasal dari air mancur yang di alirkan ke seluruh kota.
Air mancur itu terbentuk dengan sendirinya karena proses alam yang membuat air menyembur dari dalam tanah.
 ‘hee.. kota ini bener – bener keren…..’ seru jiyuu yang terkagum melihat air mancur di alun – alun kota teluk naga. Setelah ia puas mengamati air mancur ia penasaran dan menelusuri alur sungai kecil dari monumen kota itu. Ia terus mengikuti alur sambil berlari – lari kecil.
Semua keindahan di kota ini membuatnya lupa akan tujuannya yang sebenarnya untuk mencari kendaraan yang dapat membawanya pergi ke tempat di nama Rin, orang yang dapat membantunya itu berada.
Di tengah penelusurannya itu, ia sampai di lokasi sisi kota yang sangat sepi dari keberadaan orang – orang. kemudian ia tersadar kalau hanya dia sendiri yang ada di wilayah itu. Dia terus berjalan mengikuti alur sungai sambil memperhatikan sekelilingnya. Tak lama ia berjalan dari tempat tadi, ternyata dia sudah berada di luar daerah kota. Dan yang ada di hadapannya hanyalah tanah kosong yang sangat luas… di tumbuhi rumput hijau yang subur dan beberapa pohon yang berdiri. di tengah semua itu di balik pepohonan, ada danau yang juga luas. ‘hoo.. ternyata air ini mengalir sampai danau di sebelah sana’ pikir jiyuu dalam hati.
Jiyuu berfikir untuk melihat – lihat sebentar ke danau itu, dan akhirnya ia melangkahkan kakinya menuju kesana. Sesampainya di pinggiran danau dia menghirup nafas dalam – dalam, menikmati pemandangan yang ada. Ia terlihat sangat senang, ia melemparkan batu – batu ke danau dan membuat lompatan – lompatan pada batu yang di lemparkannya.
Tapi, saat dia melempar batu untuk yang ke sekian kalinya, ia melihat dari kejauhan ada sebuah dermaga kecil dan ada beberapa orang yang terlihat di sana. Ia berlari mendekat ke dermaga untuk melihat lebih jelas. Tepat di ujung jembatan ada seorang anak kecil bersama dengan 3 orang dewasa lainnya. tampaknya anak tersebut sedang dalam masalah.
Jiyuu bersembunyi di balik tumpukan papan yang ada di sana dan menguping pembicaraan mereka. ‘sepertinya barang – barang ini akan berharga mahal’ ucap salah seorang dari tiga berandalan itu ‘hoi.. ayo serahkan yang lainnya lagi’ teriak orang yang lainnya. anak kecil itu menangis ketakutan sambil di pegang oleh berandal lainnya agar dia tidak bisa melarikan diri.
‘ah sial, seharusnya aku tidak mendekat ke tempat ini’ pikir jiyuu. Tapi itu sudah terlambat, karena ia sudah terjebak dan tidak bisa keluar, jika dia berlari menjauh dia akan menampakkan dirinya sendiri dan akan ikut terlibat dalam masalah.
Karena gugup, tangan jiyuu menyenggol papan yang tergeletak miring di sampingnya hingga papan itu jatuh. “Brak..!”. suara itu membuat ketiga berandal yang mendengar suara gaduh itu curiga, dan menyadari pasti ada seseorang yang sedang bersembunyi di balik tumpukan papan.
‘Hoi..!, siapa disana!’ teriak salah seorang dari berandal. Jiyuu tetap diam di tempatnya berusaha membuat mereka percaya kalau tidak ada orang di sana. Tetapi berandal itu tetap saja mengira kalau di sana pasti ada seseorang. Salah seorang dari mereka memerintahkan temannya berjalan untuk memastikan, “dap, dap, dap” suara langkah kaki pria yang berjalan di atas jembatan kayu itu terdengar nyaring. Suara itu semakin mendekat, jiyuu sangat gugup hingga ia sudah tidak bisa berfikir cara lain untuk kabur. ‘ah sialan. Apa boleh buat’ pikirnya putus asa tidak ada cara lain.
Dengan segera jiyuu menampakkan dirinya dari persembunyian. Ia berdiri menatap mereka dengan tajam sambil mengepalkan kedua tangannya. Sebenarnya dia sangat takut untuk menghadapi mereka, tetapi apa boleh buat pikirnya. ‘hahaha… ternyata bocah lainnya’ tawa berandalan itu, di ikuti dengan suara tawa dari yang lainnya. ‘hei bocah, ada perlu apa kau kemari’ ujar salah seorang berandal. Jiyuu diam saja, dan semakin kencang mengepalkan tangannya. Lalu berandal tadi berjalan mendekat, jiyuu panik melihat salah satu berandal itu mendekat. ‘Haaa……!’ dengan gegabah ia segera berlari menuju berandal dan melepaskan pukulan sekuat tenaga “wut”. Tetapi pukulannya dapat di hindari dengan mudah oleh pria berandal tadi, ia menghindar ke sisi kiri jiyuu dan melakukan tendangan  kencang pada jiyuu. “Buagh” tendangan tadi dengan telak mengenai bagian perut jiyuu ‘hoak..’ jiyuu memuntahkan cairan dari mulutnya, dan dia pun terpental kearah berandal lainnya.
Jiyuu terkapar persis di depan anak kecil tadi, dan itu membuat anak itu menjadi semakin takut. ‘hahaha… kamu lihat kan. Inilah akibatnya jika berani menantang kami’ seru orang yang memegangi tangan anak kecil itu. Orang yang menendang jiyuu mulai mendekatinya lagi dan mencengkram pakaian yang di pakai jiyuu ‘hei bocah, sepertinya kau itu anak miskin ya’ ucapnya persis di depan jiyuu. Memang pakaian yang di kenakan jiyuu sudah sangat lusuh karena dia berjalan menusuri hutan dan tidur di atas tanah, dan itu membuat penampilannya sangat kumuh.
Jiyuu berusaha berdiri, walau sedikit terhuyung – huyung. Ia menepis tangan yang mencengkram kerah bajunya dan terus memandang tejam ke wajah pria yang menendangnya. Pakaian yang di pakai jiyuu menjadi longgar karena cengkraman pria tadi, hingga kalung yang di pakai jiyuu terlihat olehnya. Pria itu pun langsung meraih kalung yang di kenakan jiyuu, dan menariknya dengan paksa. ‘Hoi.! Kembalikan.!’ Teriak jiyuu, tetapi pria itu tidak memperdulikannya dan sibuk memperhatikan kalung yang di miliki jiyuu. ‘oi kawan, kita punya barang tambahan lagi’ ujarnya pada teman temannya ‘ho, beruntung sekali’ sahut salah satu temannya. Jiyuu terlihat makin kesal dengan apa yang di lakukan oleh pria itu. ‘hei, bocah sepertinya orang tuamu  itu sangat tolol ya, memberikan benda berharga seperti ini kepadamu’ ucapnya. Seketika raut wajah jiyuu berubah, matanya semakin tajam dan pupil matanya mengecil. Ada angin yang berhembus dari arah jiyuu, ia merebut kalungnya dengan cepat dan menghantamkan bilah besi ke wajah pria tadi dengan amat sangat keras “Buagh!”. Salah seorang berandal melihat ke tangannya, dan bilah besi yang tadi di genggamnya sudah tidak ada. ‘a..apa!, tidak mungkin’ ujarnya terkejut.  Sejumlah darah tersembur dari wajah dan mulut pria yang di hantam oleh jiyuu, lalu ia jatuh tersungkur tidak sadarkan diri. ‘Hoi…!, berengsek!’ teriak salah seorang berandal. teman pria tadi mulai membalas menyerang jiyuu.
Akhirnya mereka berdua pun mengeroyok jiyuu. Sebenarnya jiyuu tidak cukup kuat untuk melawan mereka semua sendirian, tetapi jiyuu sudah tidak perduli lagi, dan terus menerus menyerang mereka, mengayunkan bilah besinya secara membabi buta.
Kedua berandal tadi sudah babak belur, terkena sabetan – sabetan yang di lancarkan jiyuu. Begitu pula dengan jiyuu, wajahnya sudah lebam terkena pukulan mereka, tetapi ia masih terus berusaha berdiri.
‘Berhenti kalian.!’ Terdengar suara teriakan seseorang dari kejauhan. Kedua berandal tadi menoleh kearah datangnya suara dan melihat banyak pengawal kota berlari menuju mereka. ‘ah sial, kita harus pergi’ ujar salah satu berandal pada temannya. Jiyuu yang melihat kesempatan langsung melompat dan mengarahkan pukulannya kearah berandal itu, berandal itu menyadarinya tetapi ia terlalu lambat untuk menghindari serangan tiba – tiba yang di lakukan jiyuu dan bilah besi tadi akhirnya menghantam leher bekalang berandal tadi dan membuatnya terjatuh. Berandal lain yang melihatnya langsung berusaha melarikan diri menuju kedalam air, tetapi kakinya tertahan oleh anak kecil yang tadi bersama mereka. Walaupun begitu, dengan mudah dia dapat melepaskannya dengan mengayunkan kakinya, dan membuat anak kecil itu melepaskan genggamannya. Tetapi sekali lagi, kaki kirinya tertahan. Kali ini jiyuu yang menahan kakinya agar dia tidak bisa lari. Pria itu pun makin kesal, dan menendang jiyuu dengan kaki kanannya yang bebas sekuat tenaga, dan genggaman jiyuu pun terlepas, dan ia tersungkur. Pria tadi akhirnya bisa bebas dan terjun ke danau.
Pengawal yang terdekat pun menyusulnya dan ikut terjun ke danau untuk mengejar pria yang kabur itu. Pria yang lain masih pingsan, dan yang satu lagi menyerah karena sudah tidak dapat bergerak lagi. Anak kecil tadi merangkan mendekati jiyuu yang meringkuk diam, ‘uhuk,.. uhuk..!’ jiyuu batuk – batuk setelah menerima tendangan yang sangat kencang tadi. Mulutnya terbuka dan ada cairan bercampur darah yang keluar dari dalam, matanya sayu memandangi anak kecil yang ada di hadapannya. Para penjaga mulai memenuhi tempat itu, dan salah seorang dari mereka mendekat, ‘nona, apa anda baik – baik saja’ ucapnya. ‘aku laki – laki, kenapa kau panggil nona’ pikir jiyuu, yang pandangannya makin buram. Tak lama ia pun sudah tidak sadarkan diri.

No comments:

Post a Comment