Sunday, October 26, 2014

Chapter 4

Chapter 4

Kota teluk naga 06.32
Jiyuu telah sampai di pinggiran kota teluk naga. Kota ini memiliki jumlah populasi yang cukup banyak untuk ukuran kota yang tidak terlalu besar. Itu karena kota ini adalah salah satu tempat wisata yang ada di gracia.
Jiyuu yang berjalan menuju ke kota ini akhirnya sampai di alun – alun kota teluk naga ‘hosh hosh… hargh…. Cape’ ucap jiyuu yang kelelahan setelah berjalan jauh.
Tepat di tengah alun – alun kota teluk naga terdapat air mancur yang sangat indah. bangunan yang terbuat dari lapisan batu trasparan membuat air yang ada di dalamnya seperti terbang, terlebih lagi cahaya matahari yang di pantulkan oleh air membuatnya berkilauan. Selain itu, ada patung ukiran berbentuk naga yang melingkar hingga menuju puncak dan ada sungai kecil yang jernih mengalir di dalam kota. Air itu berasal dari air mancur yang di alirkan ke seluruh kota.
Air mancur itu terbentuk dengan sendirinya karena proses alam yang membuat air menyembur dari dalam tanah.
 ‘hee.. kota ini bener – bener keren…..’ seru jiyuu yang terkagum melihat air mancur di alun – alun kota teluk naga. Setelah ia puas mengamati air mancur ia penasaran dan menelusuri alur sungai kecil dari monumen kota itu. Ia terus mengikuti alur sambil berlari – lari kecil.
Semua keindahan di kota ini membuatnya lupa akan tujuannya yang sebenarnya untuk mencari kendaraan yang dapat membawanya pergi ke tempat di nama Rin, orang yang dapat membantunya itu berada.
Di tengah penelusurannya itu, ia sampai di lokasi sisi kota yang sangat sepi dari keberadaan orang – orang. kemudian ia tersadar kalau hanya dia sendiri yang ada di wilayah itu. Dia terus berjalan mengikuti alur sungai sambil memperhatikan sekelilingnya. Tak lama ia berjalan dari tempat tadi, ternyata dia sudah berada di luar daerah kota. Dan yang ada di hadapannya hanyalah tanah kosong yang sangat luas… di tumbuhi rumput hijau yang subur dan beberapa pohon yang berdiri. di tengah semua itu di balik pepohonan, ada danau yang juga luas. ‘hoo.. ternyata air ini mengalir sampai danau di sebelah sana’ pikir jiyuu dalam hati.
Jiyuu berfikir untuk melihat – lihat sebentar ke danau itu, dan akhirnya ia melangkahkan kakinya menuju kesana. Sesampainya di pinggiran danau dia menghirup nafas dalam – dalam, menikmati pemandangan yang ada. Ia terlihat sangat senang, ia melemparkan batu – batu ke danau dan membuat lompatan – lompatan pada batu yang di lemparkannya.
Tapi, saat dia melempar batu untuk yang ke sekian kalinya, ia melihat dari kejauhan ada sebuah dermaga kecil dan ada beberapa orang yang terlihat di sana. Ia berlari mendekat ke dermaga untuk melihat lebih jelas. Tepat di ujung jembatan ada seorang anak kecil bersama dengan 3 orang dewasa lainnya. tampaknya anak tersebut sedang dalam masalah.
Jiyuu bersembunyi di balik tumpukan papan yang ada di sana dan menguping pembicaraan mereka. ‘sepertinya barang – barang ini akan berharga mahal’ ucap salah seorang dari tiga berandalan itu ‘hoi.. ayo serahkan yang lainnya lagi’ teriak orang yang lainnya. anak kecil itu menangis ketakutan sambil di pegang oleh berandal lainnya agar dia tidak bisa melarikan diri.
‘ah sial, seharusnya aku tidak mendekat ke tempat ini’ pikir jiyuu. Tapi itu sudah terlambat, karena ia sudah terjebak dan tidak bisa keluar, jika dia berlari menjauh dia akan menampakkan dirinya sendiri dan akan ikut terlibat dalam masalah.
Karena gugup, tangan jiyuu menyenggol papan yang tergeletak miring di sampingnya hingga papan itu jatuh. “Brak..!”. suara itu membuat ketiga berandal yang mendengar suara gaduh itu curiga, dan menyadari pasti ada seseorang yang sedang bersembunyi di balik tumpukan papan.
‘Hoi..!, siapa disana!’ teriak salah seorang dari berandal. Jiyuu tetap diam di tempatnya berusaha membuat mereka percaya kalau tidak ada orang di sana. Tetapi berandal itu tetap saja mengira kalau di sana pasti ada seseorang. Salah seorang dari mereka memerintahkan temannya berjalan untuk memastikan, “dap, dap, dap” suara langkah kaki pria yang berjalan di atas jembatan kayu itu terdengar nyaring. Suara itu semakin mendekat, jiyuu sangat gugup hingga ia sudah tidak bisa berfikir cara lain untuk kabur. ‘ah sialan. Apa boleh buat’ pikirnya putus asa tidak ada cara lain.
Dengan segera jiyuu menampakkan dirinya dari persembunyian. Ia berdiri menatap mereka dengan tajam sambil mengepalkan kedua tangannya. Sebenarnya dia sangat takut untuk menghadapi mereka, tetapi apa boleh buat pikirnya. ‘hahaha… ternyata bocah lainnya’ tawa berandalan itu, di ikuti dengan suara tawa dari yang lainnya. ‘hei bocah, ada perlu apa kau kemari’ ujar salah seorang berandal. Jiyuu diam saja, dan semakin kencang mengepalkan tangannya. Lalu berandal tadi berjalan mendekat, jiyuu panik melihat salah satu berandal itu mendekat. ‘Haaa……!’ dengan gegabah ia segera berlari menuju berandal dan melepaskan pukulan sekuat tenaga “wut”. Tetapi pukulannya dapat di hindari dengan mudah oleh pria berandal tadi, ia menghindar ke sisi kiri jiyuu dan melakukan tendangan  kencang pada jiyuu. “Buagh” tendangan tadi dengan telak mengenai bagian perut jiyuu ‘hoak..’ jiyuu memuntahkan cairan dari mulutnya, dan dia pun terpental kearah berandal lainnya.
Jiyuu terkapar persis di depan anak kecil tadi, dan itu membuat anak itu menjadi semakin takut. ‘hahaha… kamu lihat kan. Inilah akibatnya jika berani menantang kami’ seru orang yang memegangi tangan anak kecil itu. Orang yang menendang jiyuu mulai mendekatinya lagi dan mencengkram pakaian yang di pakai jiyuu ‘hei bocah, sepertinya kau itu anak miskin ya’ ucapnya persis di depan jiyuu. Memang pakaian yang di kenakan jiyuu sudah sangat lusuh karena dia berjalan menusuri hutan dan tidur di atas tanah, dan itu membuat penampilannya sangat kumuh.
Jiyuu berusaha berdiri, walau sedikit terhuyung – huyung. Ia menepis tangan yang mencengkram kerah bajunya dan terus memandang tejam ke wajah pria yang menendangnya. Pakaian yang di pakai jiyuu menjadi longgar karena cengkraman pria tadi, hingga kalung yang di pakai jiyuu terlihat olehnya. Pria itu pun langsung meraih kalung yang di kenakan jiyuu, dan menariknya dengan paksa. ‘Hoi.! Kembalikan.!’ Teriak jiyuu, tetapi pria itu tidak memperdulikannya dan sibuk memperhatikan kalung yang di miliki jiyuu. ‘oi kawan, kita punya barang tambahan lagi’ ujarnya pada teman temannya ‘ho, beruntung sekali’ sahut salah satu temannya. Jiyuu terlihat makin kesal dengan apa yang di lakukan oleh pria itu. ‘hei, bocah sepertinya orang tuamu  itu sangat tolol ya, memberikan benda berharga seperti ini kepadamu’ ucapnya. Seketika raut wajah jiyuu berubah, matanya semakin tajam dan pupil matanya mengecil. Ada angin yang berhembus dari arah jiyuu, ia merebut kalungnya dengan cepat dan menghantamkan bilah besi ke wajah pria tadi dengan amat sangat keras “Buagh!”. Salah seorang berandal melihat ke tangannya, dan bilah besi yang tadi di genggamnya sudah tidak ada. ‘a..apa!, tidak mungkin’ ujarnya terkejut.  Sejumlah darah tersembur dari wajah dan mulut pria yang di hantam oleh jiyuu, lalu ia jatuh tersungkur tidak sadarkan diri. ‘Hoi…!, berengsek!’ teriak salah seorang berandal. teman pria tadi mulai membalas menyerang jiyuu.
Akhirnya mereka berdua pun mengeroyok jiyuu. Sebenarnya jiyuu tidak cukup kuat untuk melawan mereka semua sendirian, tetapi jiyuu sudah tidak perduli lagi, dan terus menerus menyerang mereka, mengayunkan bilah besinya secara membabi buta.
Kedua berandal tadi sudah babak belur, terkena sabetan – sabetan yang di lancarkan jiyuu. Begitu pula dengan jiyuu, wajahnya sudah lebam terkena pukulan mereka, tetapi ia masih terus berusaha berdiri.
‘Berhenti kalian.!’ Terdengar suara teriakan seseorang dari kejauhan. Kedua berandal tadi menoleh kearah datangnya suara dan melihat banyak pengawal kota berlari menuju mereka. ‘ah sial, kita harus pergi’ ujar salah satu berandal pada temannya. Jiyuu yang melihat kesempatan langsung melompat dan mengarahkan pukulannya kearah berandal itu, berandal itu menyadarinya tetapi ia terlalu lambat untuk menghindari serangan tiba – tiba yang di lakukan jiyuu dan bilah besi tadi akhirnya menghantam leher bekalang berandal tadi dan membuatnya terjatuh. Berandal lain yang melihatnya langsung berusaha melarikan diri menuju kedalam air, tetapi kakinya tertahan oleh anak kecil yang tadi bersama mereka. Walaupun begitu, dengan mudah dia dapat melepaskannya dengan mengayunkan kakinya, dan membuat anak kecil itu melepaskan genggamannya. Tetapi sekali lagi, kaki kirinya tertahan. Kali ini jiyuu yang menahan kakinya agar dia tidak bisa lari. Pria itu pun makin kesal, dan menendang jiyuu dengan kaki kanannya yang bebas sekuat tenaga, dan genggaman jiyuu pun terlepas, dan ia tersungkur. Pria tadi akhirnya bisa bebas dan terjun ke danau.
Pengawal yang terdekat pun menyusulnya dan ikut terjun ke danau untuk mengejar pria yang kabur itu. Pria yang lain masih pingsan, dan yang satu lagi menyerah karena sudah tidak dapat bergerak lagi. Anak kecil tadi merangkan mendekati jiyuu yang meringkuk diam, ‘uhuk,.. uhuk..!’ jiyuu batuk – batuk setelah menerima tendangan yang sangat kencang tadi. Mulutnya terbuka dan ada cairan bercampur darah yang keluar dari dalam, matanya sayu memandangi anak kecil yang ada di hadapannya. Para penjaga mulai memenuhi tempat itu, dan salah seorang dari mereka mendekat, ‘nona, apa anda baik – baik saja’ ucapnya. ‘aku laki – laki, kenapa kau panggil nona’ pikir jiyuu, yang pandangannya makin buram. Tak lama ia pun sudah tidak sadarkan diri.

Chapter 3

Chapter 3
‘sebelumnya apa kalian tau bagaimana cara membuat jus jeruk?’ ‘hm?, maksud kakek’ucap Imam heran, ia dan yang lain bingung dengan apa yang di maksud oleh kakek. ‘meremas buah jeruk hingga sari – sarinya keluar kan?’ lanjut Randy. ‘ya, itu cukup benar. Dan kira – kira seperti itulah ark.’ ‘seperti itu apa kek, kami belum mengerti’ ‘jadi begini, Ark seperti halnya membuat jus jeruk. kita meremas jeruk, menggunakan kekuatan otot untuk meremas hingga menyebabkan jeruk mengeluarkan sari – sarinya. Membuat ark juga tidak jauh berbeda dengan membuat jus jeruk itu. Untuk memunculkan atau menggunakannya, kalian harus menggunakan kekuatan kalian untuk meremas dan memunculkan ark. Hanya saja kekuatan yang kalian kerahkan bukan berasal dari kekuatan otot, melainkan dari sumber lain… “Mana”, itulah sumber lain itu. Kalian harus mengerahkan mana yang cukup untuk menghasilkan ark. Semakin besar kekuatan mana yang kalian keluarkan, akan semakin kuat ark itu.
Ark terbagi dalam berbagai jenis, biasanya berbentuk Element – element, seperti yang aku gunakan barusan. Jenis ark yang ku miliki adalah Api. Dan ada jenis lain yang bisa di bentuknya seperti Air, Tanah, Udara. Ya.. elemen standar yang ada di dunia. Tetapi.. ada jenis ark yang lebih tinggi dari ke lima elemen tadi, 4 element yang kakek sebutkan masuk ke dalam kategori ark umum, sedangkan tingkatan yang lebih tinggi adalah Ark Dewa. Hanya ada dua jenis ark Dewa, Berkah dan Kutukan. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing – masing.’ Jelas sang kakek ‘wow keren..’ ‘apa kakek bisa yang lebih hebat lagi’ ‘ya mungkin, tapi.. seperti yang ku bilang sebelumnya, itu semua terbatas oleh mana. dan semakin besar mana yang di miliki seseorang, semakin besar pula ark yang dapat di gunakan’ ‘kakek, aku mau Tanya. apa ini bisa di gunakan untuk bertarung kek’ Tanya Jiyuu ‘hmm.. sebenarnya bisa saja jika pengguna ark memang ingin menggunakannya’. brakk!! tiba – tiba Jiyuu langsung berdiri dari kursinya ia menatap sang kakek dan berkata ‘kalau begitu, kakek tolong ajari kami ark’. ‘hahaha.. semangat sekali kau ini’

‘Baik besok kakek akan mengajari kalian tentang arc, sebelumnya habiskan makanan kalian dan tidur. Karna besok kalian akan menjalani hari yang berat. Atau mungkin tidak’ ‘baik kek’. Saat mereka semua pergi ke kamar Rika dan kakek melakukan pembicaraan ‘kek, apa mereka korban dari orang itu’ ‘mungkin saja, kau tenang saja tidak usah merasa bersalah dengan kejadian yang mereka alami’ ucap sang kakek untuk menghibur rika ‘sepertinya ini juga waktumu untuk tidur kan, karna kakek juga meminta tolong padamu untuk membantu merngurus mereka besok’ ‘baik kek’. Mereka semua pun akhirnya tertidur di malam itu. Hanya kakek itu saja yang masih duduk sambil memandang langit – langit.
‘haruskah aku mengajari anak itu, semoga saja dia tidak bersikap buruk pada akhirnya’ Seperti itulah yang di fikirkan oleh kakek misterius ini. Tak lama ia pun memejamkan matanya dan mulai tertidur.
Ke’esokan paginya.
‘SEMUA BANGUUUUUNNN…!!!!!’ teriak kakek dari pintu kamar mereka. ‘Waaaa..!!’ anak anak  berteriak kaget. ‘kakek sial, bisa tidak kau membangunkan kami dengan cara yang normal’ ucap hiero, ‘oh jadi kalian tidak ingin belajar ark?. Hm..’ ucapnya sambil terkekeh sambil pergi meninggalkan ruangan. ‘kami mau.!’ Seru Jiyuu, dia segera bangun karena khawatir dan menganggap temmpat itu cukup aman ia menaruh kalung ibunya di atas meja di ruangan mereka dan lari mengejar kakek di susul dengan Hiero yang juga berlari mengejar. ‘yaya..., semangat sekali’ ucap Randy menggerutu ‘ayo mam’ lanjutnya. ‘ok’.
‘sebelum kalian belajar menggunakan ark, kakek akan mengajak kalian ke sebuah tempat’ ucap kakek ‘apa kita akan ke tempat itu kek’ Tanya Rika dengan semangat ‘ya kau benar Rika, kita akan pergi ke tempat itu’ ‘yey… asik..’ ucap Rika kegirangan. ‘tempat itu, tempat apa ??’ pikir anak – anak lain heran. Lalu mereka berangkat menuju tempat itu mereka berjalan cukup jauh dari rumah si kakek, ‘hoi kakek.. sampai kapan kita jalan…’ Tanya hiero ‘hm?, sebentar lagii..’ jawabnya. Tak lama setelah itu langit tiba tiba mulai gelap dan tetesan air berjatuhan dari langit. ‘wah, sial. turun hujan’ ucap Jiyuu ‘ho… pas sekali. mari kita berteduh, sudah saatnya kita berhenti berjalan’ ‘jadi maksudmu sebentar lagi itu ini ya kakek’ ucap hiero dengan nada kesal. ‘hohoho…’ tawa kakek. Mereka berteduh di celah dinding tebing batu. ‘kakek, kami belum mengenal siapa kakek’ Tanya Imam ‘benar, dari kemarin malam kita bahkan tidak tau siapa kakek’ lanjut Hiero ‘aku?, apakah itu penting untuk kalian’ Tanya kakek ‘sangat penting kek, siapa tau kakek itu orang jahat yang memanfaatkan kami’ jelas Randy ‘hahahaha….’ Kakek itu tertawa lebar ‘baik – baik, namaku Den Jousar, dulu aku adalah anggota dari 5 penjaga’ jawab kakek ‘5 penjaga, apa itu?’ ‘5 penjaga itu organisasi yang bertindak di bawah wewenang kerajaan’ ‘kek, berarti kakek orang hebat ya, kenapa kakek ada di sini?’ ‘itu, itu.. cerita yang panjang. Mungkin kalian akan tau alasannya jika kalian sudah besar’.
‘Hoi.!, hujannya sudah berhenti.!’ Seru Jiyuu ‘oh ya, mari kita lanjutkan lagi’ ‘baik kek’. Semua melajutkan lagi perjalanan mereka menuju tempat yang di maksud kakek Den.
Mereka terus berjalan dan berjalan, menaiki dan menuruni bukit, masuk ke sela celah tebing, dan beberapa kali mendaki jalan yang terjal. Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah gua, atau mungkin terowongan di kaki gunung.¬
‘kita akan masuk ke sini, sebaiknya kalian hati hati, jangan mengikuti cahaya karena cahaya tidak selalu menuntuk kita ke jalan keluar. jangan sampai terpisah. Mungkin kalian harus berpegangan tangan’ ucap kakek. ‘hoi Jiyuu, ayo pegang tanganku’ ucap Imam ‘cih’ balas jiyuu, dengan sikap sombongnya ia mengacuhkan ajakan Imam dan tidak mau bergandengan dengannya. Karena merasa niat baiknya tidak di perdulikan Imam pun kesal dan meninggalkan Jiyuu di belakang ‘terserah kau saja’. Lalu kakek pun masuk ke dalam, di ikuti Rika, Hiero dan yang lain.
Sekian menit pun berlalu, mereka akhirnya tiba di pintu keluar. Pintu keluar tertutup tanaman rambat, jadi cahaya tidak bisa masuk ke dalam. ‘woa….. keren banget tempat ini…’ seru Hiero ‘woi – woi, liat.’ Lanjutnya dan dia melompat ke kerumunan rumput tinggi, hingga rumput – rumput itu berbekas membentuk dirinya ‘Hahahaha….’ Suara tawa riang anak anak. Tempat ini berada di tengah kubah alami, bekas letusan gunung. Sehingga di dalam sebuah gunung yang tinggi terdapat wilayah alami yang terlindungi. Hiero sibuk berguling – guling, Rika yang bermain air di pinggiran sungai kecil, dan Randi serta Imam berkeliling. ‘eit, tunggu dulu. Di mana jiyuu?’ Tanya kakek. ‘Imam, bukankah dia di belakangmu?’ lanjutnya. ‘iya.. tapi..’ ‘yasudah kalau begitu, kakek akan masuk lagi ke dalam. Kalian tunggu di sini’ kakek pun masuk kembali ke dalam terowongan ‘tunggu kek..!, aku ikut’ teriak Imam mengikuti kakek masuk ke dalam. ‘mungkin jiyuu mati di makan ular di dalam’ ucap Randy #jedug..! ‘aduh!’ teriak Randy kesakitan ‘Bodoh..!, bicaramu yang benar’ seru Rika yang tadi memukul kepala Randy.

Chapter 3,5

Sementara itu di dalam terowongan kakek dan imam terus mencari jiyuu. ‘Mam, kamu tunggu di sini, kakek mau ke arah sana. Agak berbahaya jadi lebih baik kau tidak usah ikut.’ ‘hm’ Imam mengangguk tanda mengerti. Kakek pun menjauh dan semakin tidak terlihat. Imam yang sendirian bingung, ia harus melakukan apa. Tak lama ia mendengar sesuatu yang mencurigakan.
‘oi, ada orang di sana..’ seperti itulah kira kira suara yang di dengar Imam. Karena curiga, ia mendekati suara itu. Semakin dekat ia menuju asal suara tadi semakin terlihat cahaya yang muncul dari bawah tanah. Ia ingat apa yang di katakana kakek ‘jangan menuju ke arah cahaya’, tapi karena ia penasaran, ia terus meneruskan langkahnya. Cahaya makin jelas, yang ternyata berasal dari tanah yang membelah, jaraknya cukup dalam dan ada air yang mengalir di bawah sana. ‘o, kau jiyuu kan’ ucap Imam, ‘ya, ini aku’ jawab Jiyuu. Ternyata jiyuu terperosok ke dalam celah dan sedang bertahan agar tidak jatuh dengan berpegangan pada tanaman rambat.
‘cepat bantu aku naik’ ucap Jiyuu ‘tidak usah kau pinta pun akan kubantu’ balas Imam. Imam menarik tanaman rambat yang di pegang Jiyuu dan barhasil menariknya naik. ‘terimakasih’ ucap Jiyuu yang agak malu mengatakannya ‘ya’ jawab Imam. Jiyuu pun bangun, mengambil potongan kayu di dekatnya begitu juga Imam yang berdiri untuk menunjukkan jalan keluar. ‘hoy, keapa tidak teriak meminta tolong saja tadi’ Tanya Imam ‘he?, itu memalukan’ jawab Jiyuu ‘memalukan apa, jika kau diam saja, kau bisa mati jatuh ke celah tadi!’ teriak Imam ‘Berisik’ balas Jiyuu dengan nada kesal ‘apa!’ bentak Imam dengan nada marah, dia berbalik kea rah Jiyuu di belakangnya dan #bet..! Jiyuu mengayunkan tongkatnya ke depan, Imam segera melindungi wajahnya dengan tangan. #Bugh.!. se’ekor ular terpental membentur dinding tanah. ‘jangan melihat kebelakang saat sedang berjalan’ ucap jiyuu. Imam kaget, ia pikir jiyuu akan memukulnya dengan kayu, tapi ternyata ia memukul ular yang bergantung di atas kepalanya dan siap menyerang. ia melihat ke arah ular yang menggeliat menjauhinya, dan menurunkan tangannya. Ia masih berdiri terpaku. ‘Hoi, cepat pimpin jalan agar cepat bisa keluar’ ucap Jiyuu kembali ‘o.., ok’. Di persimpangan mereka bertemu dengan kakek yang masih sibuk mencari. ‘hee.. kalian ternyata di sini’ ucapnya ‘aduh… kakek mencari kalian..’ lanjut kakek ‘sudah kek, ayo kita keluar’ potong jiyuu ‘ya, baiklah’. Merekapun berjalan keluar terowongan.
‘huaaahh… akhirnya keluar juga’ ucap jiyuu lega. ‘em.. terimakasih’ ucap Imam pada Jiyuu. ‘ha?’ ‘i.iya’ ‘hoo.. tidak perlu. Kau juga sudah membantuku kan’ balas Jiyuu. ‘ngomong – ngomong kakek, tidak apa Vicky kita tinggal’ lanjut jiyuu menanyakan tentang Vicky kepada kakek ‘hm.. Vicky sepertinya baik baik saja’ jawab kakek ‘bukan itu.. maksudku..’ ucapan jiyuu terhenti saat seseorang berteriak memanggil mereka dari kejauhan ‘HOI..!!!, HOI!!!...’ ternyata itu Hiero dari bawah pohon rindang ‘hahaha… HOI…!!!, lihat lihat.. Vicky sudah sembuh total..’ lanjutnya. ‘he..!?, yang benar saja’ seru Jiyuu. Bukan hanya sembuh, tangan Vicky yang kemarin sudah hilang sekarang kembali.. ‘kakek, ini bohong kan’ ucap Imam. ‘haha.. seperti yang kalian lihat’ jawab kakek. ‘kakek.. terimakasih telah menyembuhkan teman kami…’ ucap anak – anak ‘terimakasih kek’ tambah Vicky. Mereka semua berterimakasih pada kakek Jousar. ‘sudah – sudah, berterimakasihlah pada dirimu sendiri.. ini juga berkatmu, vicky’ ucap kakek. ‘apa yang terjadi hingga tanganmu kembali seperti semula?’ ‘entah, aku terbangun dan tiba – tiba aku ada di sini dan tanganku kembali’ ‘berarti kau berada di sini sejak semalam’ blab la bla
dalam hati, kakek berfikir ‘anak ini, memiliki ark langka. Ark suci yang membuatnya memiliki kemampuan pemulihan yang sangat kuat. Bersukur hingga pohon tua ini bisa berfungsi dengan maksimal’. ‘hmm.. maksud kakek’ Tanya Vicky yang membuat kakek terbangun dari lamunannya. ‘ya. Ark milikmu yang telah banyak membantu’ jawab kakek. ‘mm?, aku masih belum mengerti’. ‘iya kek, kami juga ingin tau kenapa Vicky bisa sembuh seperti semula’ seru Hiero. ‘itulah kenapa kakek membawa kalian kesini. Di sini.. adalah tempat yang sangat special. Banyak orang mencari keberadaan tempat ini demi kepentingan mereka. Kalian tau, ini pohon apa.’ ‘ha, pohon apa memangnya kek’ ‘ini adalah pohon kehidupan, ya… kira – kira sperti itulah anggapan bangsa elf pada masa itu. Pohon ini sangat membantu untuk meningkatkan tingkat kemampuan ark.’ ‘jadi pohon ini meningkatkan ark kakek untuk menyembuhkan Vicky.’ ‘T..tunggu dulu kek. Kakek bilang elf?, jadi bangsa elf itu benar – benar ada?’ ‘tentu saja mereka ada, karena merekalah kita manusia bisa menggunakan ark’ ‘maksud kakek, apa manusia belajar dari para elf.. Hebat’ ‘ya, tetapi ketamakan manusia telah merubah semuanya. Mereka menghianati kepercayaan bangsa elf, dan berbalik menyerang mereka’ ‘kek…’ rika menarik – narik baju yang di kenakan kakek, bermaksud untuk menghentikan kakek bercerita lebih lanjut tentang bangsa elf. Kakek yang mengerti akan maksud rika, iapun segera berhenti bercerita.
‘Oh iya, jadi. Apa kalian masih tertarik belajar ark?’ ‘sangat’ jawab jiyuu ‘yooo…’ jawab Hiero ‘iya kakek’ jawab Imam  ‘terserah deh’ jawab Randy. Dan Rika dan Vicky hanya tersenyum mendengar jawaban mereka semua. ‘sebelum kalian belajar, sebelumnya kalian harus menemukan apa jenis ark kalian. Ini, terima’ kakek memberikan masing – masing dari mereka sebuah batu berwarna putih bening. ‘untuk apa batu seperti ini kek?’ Tanya hiero ‘untuk di gunakan seperti ini’ jawab Randy. Dia melemparkan batu itu dan *bletak..!! batunya mengenai kepala Hiero. ‘Sialan..!!’. ‘bukan – bukan, bukan begitu fungsi dari batu ini’ #Randy mengambil kembali batunya ‘mereka akan memberitahu apa jenis ark kalian’ jelas kakek. ‘dengar kan, aku ini pengendali batu’ selak randy ‘batu kepalamu!’ hiero membalas melempar batu kea rah randy. ‘hooo… jadi mereka pengendali batu ya’ ucap imam kagum. ‘huff.., sepertinya teman kita yang satu ini yang harus di lempar’ ucap randy kesal.
Akhirnya mereka saling lempar melempar batu.
‘oe.. oE.. OE…!.’ Anak – anak tidak mau mendengarkan ‘baik kakek pulang jika kalian terus seperti ini’ seru kakek. ‘TUNGGU…!!’ jawab mereka serentak dengan kepala bercucuran darah, Kakek pun menoleh dan menghentikan langkahnya. ‘haduh… kalian ini seperti anak – anak’ ucap Rika ‘dan kau seperti bayi’ balas randy ‘APA..!’.
Perang batu level 2 dimulai kembali. Akhirnya kakek dan Vicky menjewer telinga mereka semua. Asal tahu saja, ukuran badan Vicky lebih besar dari pada yang lainnya.
‘awawawawaw… ‘ teriak Randy kesakitan ‘ampun ampun kek… mereka duluan yang mulai..’ ucap Rika membela diri. ‘kalian semua salah, jadi kalian harus mendapat hukuman’ Seru Vicky.
Karena tidak ingin di jewer lagi, akhirnya mereka mau menurut dan diam. Karena semuanya sudah mulai tenang, kakek melanjutkan lagi penjelasannya. ‘semuanya dengarkan. Genggam batu kalian erat – erat, dan rasakan energi di sekitar kalian. Rasakan terus hingga energi itu menjadi semakin jelas.. dan arahkan semua energi yang kalian ke tangan yang menggenggam batu’. Mereka semua terdiam, berkonsentrasi merasakan energy yang ada di sekitar mereka, masing masing merasakan seperti sesuatu yang mengalir, dan dingin, juga ada yang merasakan hembusan angina yang kuat. Serta cahaya yang sangat terang, walaupun sedang memejamkan mata.
Tak lama setelah itu, kakek berkata. ‘sekarang, lepaskan perlahan genggaman pada batu kalian, dan lihat apa yang terjadi’. Mereka semua takjub dengan apa yang telah mereka lihat ‘wahh… kakek..!, di batuku ada airnya …’ seru Hiero ‘apa ini, retakan yang bergerak’ ucap randy (sebenarnya itu seperti arus listrik yang biasa ada di bola crystal), sedangkan Vicky diam saja terkagum melihat batunya yang bersinar.
‘kakek.. batuku tidak berubah.’ Tanya Imam. ‘coba kakek lihat’. Kakek memperhatikan batu itu dengan serius, wajahnya mengerut walaupun memang sudah mengkerut.
Tak lama kemudian kakek memukulkan batu itu di kepala imam, *tuk. ‘aduh, sakit kek’ ‘makanya perhatikan baik – baik… lihat, ada udara yang berputar di dalam. ‘oh iya ada. Hehehe..’
Di lain tempat rika dan jiyuu berbisik membicarakan sesuatu ‘Oi rika, kenapa batu kita juga enggak berubah?’ Tanya jiyuu ke rika, ‘entah aku gak tau’ ‘kamu kan cucunya kakek..’ ‘emangnya kalo cucu kakek tau semuanya, aku juga baru pertama kali di ajarin ark’ ‘ya udah, sana coba kamu tanyain’ ‘gak.!, aku gak mau di pentung pake batu’ ‘hezz… yasudah, apa boleh buat kalau begitu. Ayo mam, berjuang sekali lagi’ ucap jiyuu menyemangati imam ‘hah? Maksudmu’ perdebatan pun semakin sengit, randy yang memperhatikan pun akhirnya membongkar rahasia mereka pada kakek.
‘kakek, anak – anak yang di sebelah sana kayaknya nggak bisa liat batunya sendiri’ ‘maksudmu, rika dan yang lainnya itu’ ‘yap. Kalo kakek mau, aku pinjamkan batuku dengan senang hati’ aura kejam muncul di sekitar randy.’ ‘tidak usah, kakek punya balok kayu yang besar’. Kakek pun berjalan mendekati kerumunan bocah berisik dengan membawa balok kayu.
‘hei anak – anak, ada apa.’ Sapa kakek yang tiba – tiba muncul di belakang mereka dengan wajah tersenyum sinis. ‘eh kakek’ ‘kami.. kami.. kami lagi mamerin batu kami kek’ ‘oh.. boleh kakek lihat’ ‘…..’ ‘Coba kemarikan batumu Jiyuu’ ‘g.. gak bisa kek, imam mau pinjam batunya’ ‘loh kok aku’ Jiyuu memberi pandangan tajam ke Imam. ‘kalo begitu, kakek pinjam punya Rika saja’ ‘eh.. e.. enu kek, batunya.…’ ‘kami tidak mau pinjam’ ucap Vicky Imam dan Jiyuu serentak. ‘eehhh…!, jahat. Yasudah kek, ini’ Rika memberikan batunya ke tangan kakek ’ hmm… sepertinya kamu tidak bisa menjadi pengguna ark’ ‘apa benar kek?’ ‘ya, batumu tidak berubah sedikitpun. Itu berarti jenis mana yang kamu punya tidak bisa menghasilkan ark atau malah kamu sama sekali tidak memiliki mana’ ‘oh.. jadi begitu. Suyukurlah..’ ‘oi.! Kenapa malah bersyukur’ ‘hehe.. habis…’ ‘kakek, kalo punyaku bagaimana’ Jiyuu langsung merebut batunya dari tangan imam. jousar yang melihat batu  dengan seksama, raut wajahnya sempat berubah serius untuk beberapa saat.  ‘sepertinya juga begitu’ ‘tidak mungkin kek, coba periksa sekali lagi’ ‘tidak ada yang berubah…’ ‘ayolah kek.. periksa lagi’ ‘sudah kakek bilang tidak ada yang berubah..!, kamu bukanlah pengguna ark!!’ teriak kakek membentak jiyuu karena tidak percaya dengan kata – kata kakek. Setelah kakek berteriak, jiyuu terdiam memandangi batunya yang sama sekali tidak berubah. Kesempatan dan harapan yang selama ini di tunggunya musnah begitu saja. ‘aku.. aku bukanlah seorang pengguna ark, aku hanyalah manusia biasa yang tidak memiliki kemampuan apapun. Manusia yang tidak berguna’ pikir jiyuu
‘Semua sampah ini tidak berguna!!!!’ jiyuu melempar batunya jauh – jauh dan berlari menjauh dari mereka semua. ‘Ji..!’ imam hendak mengejar jiyuu, tapi tertahan oleh kakek ‘sudah, biarkan dia dulu. Kalian bisa membantunya dengan cara lain’.

 Dia terus berlari dan berlari menuju hutan yang dalam, sesekali dia terjatuh karena tersandung akar akar pohon yang menimbul dari dalam tanah. Terlihat airmatanya mengalir deras. ia berlari sangat jauh hungga sampai di sebuah air terjun yang sangat tinggi. ‘HUAAAAAAAAAA….!!!!!’ ‘SIALAAN..!!. Jiyuu berteriak sekuat tenaga, walaupun teriakannya tersaingi suara derasnya air yang jatuh dari ketinggian yang sangat tinggi.

Malampun datang, kakek Jousar dan yang lain sudah berada di rumah menunggu Jiyuu pulang. ‘kakek.. boleh kita makan duluan..’ Tanya randy ‘sebentar, kita tunggu jiyuu pulang sebentar lagi’ ‘ahh.. paling dia sudah mati di tengah hutan sana kek’ ucap randy. Rika yang duduk di antara mereka melirik pada Randy dengan pandangan sinis. ‘Kamu itu manusia macam apa si. Manusia enggak berperasaan’ ‘sepertinya itu lebih baik dari orang kerdil’ ‘aaah.. Randy Bego!’ teriak rika, dia melemparkan sendok ke wajah Randy, dan pergi menuju kamarnya. Tapi sebelum ia sampai di pintu kamarnya Jiyuu muncul membuka pintu rumah dan memandangi mereka dengan seluruh badan yang basah kuyup. ‘jiyuu’ panggil rika ‘jiyuu kau dari mana saja’ lanjutnya. ‘akhirnya si sumber masalah datang juga’ ‘Woi!’ ‘jiyuu ayo kita makan, kita nungguin kamu dari tadi’ ucap Vicky. Jiyuu hanya diam saja, dia tidak membalas satupun perkataan teman - temannya itu. Dia pergi kekamarnya menuju meja di kamarnya dan mengambil kalung miliknya. Dia memandangi seluruh ruangan kamar, dan kembali melangkah keluar dari kamar. ‘hei, kenapa kau’ Tanya Hiero. ‘semuanya terimakasih’ hanya itu yang keluar dari  mulut Jiyuu. Setelah ia berkata seperti itu ia pergi keluar meninggalkan mereka. Hiero segera berlari menghalangi jalan jiyuu ‘woi, kalo elu berani ngelewatin gue, gue hajar loe’ mendengar itu jiyuu hanya tersenyum dan melewati Hiero, Hiero yang hendak memukul jiyuu lalu menghentikan gerakannya. Akhirnya Jiyuu pun pergi menjauh dari mereka semua.
‘kakek..’ mereka semua memandangi kakek rengan tatapan memelas kecuali Randy. ‘baik, kakek keluar sebentar. Kalian jaga rumah ya’ kakek berjalan menuju arah dimana jiyuu pergi.
Jiyuu berjalan sendirian tidak tahu harus pergi kearah mana. Di tengah jalannya itu seseorang hadir menyapanya. ‘hei’ ‘siapa kau’ perlahan wajah orang itu terlihat sedikit demi sedikit. ‘k..kakek. ada apa kakek kesini. Aku gak mau kembali ke tempat itu kek, percuma aku gak bisa ark, aku mau berkelana saja’ ‘hmm.. jadi begitu. Kau hanya perlu bicara pada kakek, kakek akan membantumu’ jiyuu memandangi wajah kakek dari bawah ‘kakek’ ‘kakek punya teman yang bisa membantumu, dia bernama Rin dia tinggal di bagian barat daya Kota Barat. Pergilah kesana dan bawa ini’ kakek memberikan sebuah kantung, karena penasaran jiyuu membukanya dan ternyata yang ada di dalamnya adalah sebuah batu bulat setebal dua jari yang sangat indah di dalamnya seperti ada air berputar yang menyala dan sesekali muncul percikan bunga api atau listik. Apa ini kek, itu batu milik yang lain, kakek menggabungnya menjadi satu, perlihatkan ini pada Rin dan dia pasti mengerti. ‘terimakasih kek, aku akan kesana’ jiyuu berlari meninggalkan kakek ‘hei tunggu’ ‘apa lagi kek’ kakek lalu memegang pundak Jiyuu dan angina berhembus keluar meniup seluruh air yang membasahi badan Jiyuu. Pakaian dan badan jiyuu kering dengan seketika ‘tidak bagus kan jika kamu berjalan dalam keadaan basah kuyup begitu’ ‘hehehe.. terimakasih kek’ ‘yasudah silahkan berangkat’ ‘iya kek, tapi.. arah ke kota barat kemana ya kek’ ‘jadi kamu masih belum tau ya.’ ‘hehehe.. iya kek’ ‘kamu terus saja berjalan kearah selatan, sampai di Kota Teluk Naga dan kamu bisa ikut kereta barang menuju Kota Barat. ‘hohoho.. baik kek, sampai jumpa..’. Jiyuu pun berlari ke selatan seperti yang di tunjukkan Jousar. Dia sangat bahagia, karena harapannya kembali muncul.
Rika dan yang lain masih menunggu kakek kembali, dan berharap jiyuu bersamanya. Dan akhirnya kakek kembali anak – anak pun menyambut kedatangannya.
‘loh kek, mana anak keras kepala tadi’ ucap randi. Kakek menggelengkan kepalanya. ‘kakek…’ wajah anak lain sedih, sepertinya kakek tidak berhasil membawa jiyuu kembali. ‘Yasudah kalian akan bertemu dengannya lagi suatu hari nanti’.
Pernah kau melihatnya?. Seorang anak kecil yang di tinggal ayah dan ibunya, berusaha mendapatkan kekuatan untuk membalaskan dendamnya dan rela untuk menjalani hidup yang keras
“semoga kita bertemu lagi. Jiyuu Rama”

Chapter 2

Chapter  2
‘Gawat’ teriak Imam, ‘memangnya ada  apa’ Tanya Jiyuu ‘Suhu tubuh Vicky makin panas’ merekapun langsung berlari mendekat, mereka melihat badan Vicky gemetar dan di penuhi keringat. ‘gawat sepertinya dia terkena demam’kata Hiero ‘jangan – jangan akibat luka yang kemarin,jika benar kita harus membawanya ke dokter’ kata Jiyuu ‘dokter ? tapi di mana?’ sahut Imam panik, Semuanya terdiam  ‘kita harus pergi ke kota sekarang juga’ ‘benar’ kata Hiero ‘tapi jaraknya terlalu jauh, bagaimana jika ia mati, bagaimana jika kita semua juga terbunuh oleh orang – orang yang menyerang desa..!’ lanjut Imam, brrraakk… Jiyuu mendorong Imam hingga terjatuh  lalu ia berkata ‘ke kota adalah satu – satunya harapan kita, tidak ada pilihan lain. Kau tau itu..!’ Imam pun langsung bangun dan melayang kan pukulan ke Jiyuu sambil berkata ‘tapi kau kan tidak harus seperti itu kan!’. dakk.. pukulan Imam tertahan oleh telapak tangan Hiero ‘jika kalian masih mau berkelahi, nanti saja setela kita membawa Vicky ke dokter’ Jiyuu dan Imam terdiam, suasna di kamar menjadi panas. ‘ada apa ini?’ Randy yang baru kembali dari luar mencari makanan bertanya dari depan pintu.
‘Jarak dari sini ke kota sekitar 1 jam jika menggunakan kereta kuda’ kata Jiyuu Tiba - tiba membuka percakapan, ‘tapi bukannya lebih baik kita mencari pertolongan di desa – desa terdekat?’ Balas Randy ‘itu memang benar, tapi kita tidak tau apakah di sana ada dokter. Dan ada kemungkinan desa lain juga ikut di serang’ ‘menurutku yang di katakannya masuk akal, lebih baik kita ke tempat yang sudah pasti ada dokternya. Bagaimana menurut mu Mam?’ Tanya Hiero ke Imam yang masih kesal akibat persoalan sebelumnya, ‘baiklah kita ke kota’ balas Imam dengan nada sedikit kesal. Setelah memper siapkan perbekalan mereka berangkat ke kota sambil menandu Vicky.
Mereka akhirnya pergi meninggalkan desa. Jiyuu masih berat untuk meninggalkan desa, ia memandangi desa terus menerus “ibu, maafkan aku” ucap Jiyuu dalam hati ‘hey, ayo’ panggil Hiero. mereka sudah berjalan sangat jauh dari desa, dan tidak ada satupun dari mereka yang mengucapkan kata – kata setelah keluar dari desa. Di saat mereka semua terdiam Randy bertanya ke Jiyuu ‘ngomong – ngomong, kami belum tau siapa namamu, aku Randy, yang pendek itu Hiero, dan yg beralis tebal di depan Imam, lalu …’ ‘vicky, nama anak perempuan ini vicky kan’ ‘ya, kau benar’ ‘aku.., aku Jiyuu, Jiyuu Rama.’ ‘kau orang baru di sini?’ Tanya Hiero melanjutkan ‘ya, aku pindah kemari dua hari lalu bersama ibu’ ‘lalu ayahmu?’
Tiba – tiba Jiyuu teringat beberapa hari sebelumnya, sebelum ia pindah ke desa Gludin. Dulu ia tinggal bersama ke-dua orang tuanya, ayahnya adalah seorang peneliti yang bekerja pada pemerintah. Duk duk duk.. pintu rumah kediaman jiyuu di ketuk oleh salah seorang tamu, jiyuu yang mendengar ketukan itu segera berjalan kearah pintu dan membukanya, ‘hei anak kecil, apa Doktor Jackob ada di sini’ ‘ya, ayah ada di dalam. Kalian siapa’ ‘kami pengawal gracia, boleh kami bertemu dengannya’ ‘ya sebentar, aku akan memanggil ayah. Silahkan tunggu di dalam’ ucap Jiyuu mempersilahkan mereka masuk, setelah itu ia menuju lantai bawah dan memanggil ayahnya. Di bawah Ibu dan ayah Jiyuu sedang berbicara, entah apa yang mereka bicarakan. ‘Ayah.. ada yang mencari ayah, mereka dari gracia’ ‘gracia?’ yah, begitulah. Suatu saat ayah jiyuu di minta untuk ikut dalam ekspedisi menemukan sesuatu yang hilang, ia bersama beberapa orang lainnya dari kerajaan pergi untuk meneliti hal tersebut. Ia pergi meninggalkan Jiyuu dan ibunya, sebelum pergi melangkah keluar ia membisikkan sesuatu pada ibu Jiyuu. ‘baiklah aku pergi’, itu kata terakhir yang di dengar oleh Jiyuu yang keluar dari ayahnya.
 ‘hey, hey.. apa kau mendengarkan.’ Seru Hiero ‘eh, ya..?’ ‘memangnya kau sudah pernah pergi ke kota?’ ‘ya, dulu waktu ayah ku masih ada’ ‘emangnya benar kita bisa menyembuhkan Vicky kalau kita ke kota’ tanya Hiero ‘benar, di kota ada banyak dokter yang hebat, kita bisa menyembuhkan Vicky di..’ ‘BERHENTI!’ tiba - tiba Imam berteriak ‘ada apa’ tanya Hiero ‘sepertinya wajah Vicky makin pucat’ Hiero mencoba memeriksa suhu tubuh Vicky. ‘enggak mungkin, kalau terus begini vicky enggak bisa bertahan sampai besok’ mereka berfikir apa yang harus mereka lakukan, tiba – tiba terdengar suara seseorang yang memanggil mereka ‘Hoooii….’ ‘waaa..!!’ mereka semua terkejut mendengar suara tersebut mereka melihat sesosok lelaki tua, berrambut putih tetapi tidak kehilangan semangatnya, ‘sedang apa kalian’ Tanya sang kakek ‘kami ingin pergi ke’ seperti tak perduli yang di jelaskan Imam, sang kakek langsung mendekati Vicky ‘anak ini sakit, cepat ikut aku’ kata sang kakek, mereka pun mengikuti sang kakek. Mereka tiba di sebuah rumah yang ber ada di tengah hutan,  mereka terdiam sejenak ‘kalian mau berdiri di depan sampai besok atau masuk kedalam dan menolong teman kalian’ ucap sang kakek dari dalam rumah, merekapun masuk  ke rumah . ‘bawa dia ke kamar itu’ kata sang kakek sambil menunjuk ke sebuah ruangan yang ada di samping mereka, mereka pun menaruh Jid di atas kasur, si kakek membuka perban di tangan Vicky, ternyata tangan Jid sudah membusuk ‘aku harus memotong tangannya’ Jiyuu dan yang lainnya hanya bisa pasrah mendengar perkataan sang kakek.
Langit di luar rumah sudah terlihat gelap, Sang kakek keluar dari dalam kamar ‘bagai mana keadaan teman kami kek?’ Tanya Imam ‘sekarang dia sedang istirahat, demamnya sudah menurun  walaupun ia harus kehilangan tangan kirinya’ jawab sang kakek. ‘kehilangan tangan kiri!’ semua terkejut. ‘kakek, yang benar saja’ ‘apa aku harus berbohong?’ ‘tapi…’ ‘sudahlah.. yang paling penting teman kalian selamat kan’ ‘yap bener, Cuma satu tangan, enggak masalah’ ucap Randy. ‘hoi, apa maksudnya itu. Kau ini sadis atau apa’ ‘udah lah Jiyuu, jangan di perpanjang’ tenang Hiero
 ‘ngomong – ngomong, berapa umur kalian dan apa yang kalian lakukan di tengah hutan?’ Tanya sang kakek, ‘umur kami 12 kek dan sebenarnya kami ingin ke kota mencari dokter untuk menyembuhkan teman kami’ jawab Hiero ‘apa orang tua kalian tidak mencari kalian?’ Jiyuu langsung menjawab ‘orang tua dan semua penduduk desa kami dibunuh’ sang kakek melihat ke mata Jiyuu, mata yang dipenuhi dengan dendam dan kebencian, ‘baiklah untuk sementara kalian boleh tinggal disini’ ‘yang bener kek ?’ tanya mereka ‘ia’ jawab si kakek ‘horee!!’ mereka semua bersorak ke girangan tiba – tiba terdengar suara perempuan dari dapur ‘kakek makanan udah siap nih’ ‘ayo kita makan dulu’ ajak sang kakek. Di dapur mereka melihat seorang anak perempuan berambut pirang ‘oh iya kenalkan ini cucu kakek Rika’ Randy langsung maju mendekati Rika, ia langsung mengelus – elus kepala Rika sambil berkata ‘ade kecil pinter ya udah bisa masak, kenalin nama kakak’ duakk!! Rika menendang kaki Randy sekuat tenaga ‘aduhh!!’ teriak Randy kesakitan, Rika langsung menolak pinggang dan berkata ‘aku bukan anak kecil!’. ‘haha.. benar – benar. Rika itu seumuran dengan kalian’ ‘apa’ mereka semua terkejut karena melihat postur tubuh Rika yang seperti anak umur 9 tahun. ‘Ayo silahkan’ kakek mempersilahkan mereka duduk. Setelah mereka duduk dan bersiap untuk menyantap makanan mereka tiba-tiba, *Ctakk* terdengar suara jentikan jari sang kakek, dan semua lilin di atas meja menyala, hal itu membuat min dan yang lainnya terkejut.
‘ayo anak – anak, silahkan makan..’, setelah kakek mempersilahkan tamu – tamu kecilnya, mereka-pun menyantap hidangan yang tersedia di atas meja. Di saat makan wajah Rika terlihat sangat marah, sepertinya ia sangat membenci Randy, dia selalu melihatnya sambil menusukan garpu ke meja, sedangkan Randy terlihat masih kesakitan akibat tendangan dari Rika. Di tengah acara makan mereka Hiero menanyakan sesuatu pada kakek’kakek pesulap ya?’ Tanyanya ‘bukan’ jawab sang kakek singkat ‘Kalo bukan kenapa lilinnya nyala sendiri ?’ lanjutnya heran. ‘ooh itu, itu adalah ark’ ‘ark, memang ark itu apa kek ?’, ‘jadi kalian belum tau?. Baik, kakek akan jelaskan. ark itu..’.

Chapter 1

The beginning of everything (a story that hasn't finish yet)
Chapter  1
Tahun 5780 di dunia yang berbeda dengan tempat kita tinggal, ada sebuah desa kecil bernama Gludin di kerajaan Gracia yang damai dan tentram hanya dalam waktu sehari berubah menjadi desa yang dipenuhi dengan darah. Dari kejauhan terdengar suara jeritan manusia  mayat – mayat berserakan, rumah – rumah terbakar, tidak ada yang tau siapa dan mengapa mereka melakukannya.
Jiyuu Rama, seorang anak kecil berumur 12 tahun yang saat itu sedang makan siang bersama ibunya, kaget mendengar suara pintu yang di dobrak. Ia melihat seorang pria tinggi besar memakai helm bertanduk dan membawa kampak besar mendekati meraka, Ibu Jiyuu yang saat itu sedang bersamanya langsung memeluk Jiyuu dan berkata ‘siapa kalian?’ Tanpa sepatah kata pun keluar dari pria itu, lalu pria itu pun langsung menebaskan kampaknya  dan mengenai punggung sang ibu,sang ibu pun tewas seketika. Jiyuu yang saat itu sedang berada di pelukan sang ibu, terlempar dan membuat kepalanya terbentur kelantai hingga pingsan. Pria besar tersebut langsung pergi meninggalkan Jiyuu yang pingsan.
Di tempat lain beberapa anak yang juga berumur 12 tahun, mereka bernama Randy Beta, Imam Firmansyah, Daniel Hieronimus, dan seorang gadis bernama Vicky Charter yang sedang asik memancing di sungai yang berjarak cukup jauh dari desa mereka, terkejut  melihat asap tebal dari arah desa. Vicky yang saat itu menyadari ada sesuatu yang terjadi langsung berlari kearah desa, Randy, Imam, dan Hiero pun mengikutinya. ‘Vic, Vicky tunggu’ teriak Hiero, tanpa mendengarkan kata – kata Hiero Vicky tetap berlari hingga sampai ke pinggiran desa ia pun berhenti dan segera merunduk bersembuny di semak – semak, dan ketiga anak lainnya pun mengikuti apa yang di lakukan Vicky. ‘memangnya apa yang terjadi?’ kata Imam bertanya kepada Vicky ‘aku ga tau, tapi sepertinya ada hal yang aneh’ ‘lihat – lihat’ kata Randy menunjuk kearah tempat tinggal vicky, mereka melihat dua orang pria bertopeng menyeret kedua orang tuanya ketengah desa dan membakar rumahnya, Vicky pun langsung keluar dari semak – semak. Randy, Imam dan Hiero mencoba untuk menghentikannya namun Vicky memberontak ‘minggir kalian’ dan lari mengejar kedua pria bertopeng tersbut, Randy menahan Hiero dan Imam yang ingin mengikuti Vicky. ‘lebih baik kita tunggu di sini’ kata Randy, ‘Mana bisa kita hanya diam di sini’ ucap Imam, ‘benar mam, kita gak bisa berbuat apapun sama orang – orang itu’ lanjut hiero. Akhirnya Imam pun menurut dan kembali bersembunyi dan menunggu Vicky kembali. ‘geh.. sial!’.
Sore harinya api yang membakar desa sudah hampir padam, ‘ini sudah terlalu lama’ kata Imam kepada Hiero, ‘Baiklah ayo kita cari Vicky’. merekapun keluar dari semak dan menuju ketengah desa. Mereka tercengang saat baru ingin memasuki desa mereka melihat banyak rumah hangus dan habis terbakar. ‘ini seperti dulu, seperti dulu’ Imam terlihat gemetar dan menutupi wajahnya dengan dua telapak tangannya ‘lu kenapa?’tanya Hiero, tiba – tiba mereka melihat seseoreang keluar dari dalam rumah yang sudah hampir roboh, orang itu adalah Jiyuu, ia keluar dengan terus menatap tangannya yang berlumuran darah, Randy berlari mendekati Jiyuu ‘Hoi, lu gak papa?’ Tanya Randy, Jiyuu masih tetap terdiam sambil menatap kedua tangannya, Randy bingung dengan apa yang di maksud olehnya, ia segera mencari air dan menyiram tangan Jiyuu ‘Byurrr’ Jiyuu pun terkejut dan berkata ‘ibu’, ia langsung masuk kedalam dan melihat mayat ibunya, ia menangis sambil memeluk mayat sang ibu, tak lama Randy ikut masuk ke dalam dan mendekati Jiyuu dan berkata ‘ayo kita harus pergi dari sini’sambil memegang pundaknya, Jiyuu­­ menghapus air matanya dan berkata ‘ibu, aku akan membunuh orang yang melakukan ini’ lalu ia pergi setelah mengambil kalung liontin yang dipakai ibunya.
Di luar rumah, Hiero berteriak memangil mereka dari tengah desa ‘hei cepat kesini !’, mendengar itu mereka langsung berlari ke arah Hiero, mereka terkejut melihat tumpukan mayat para penduduk kota . ‘Hoekk’ Randy pun langsung muntah melihat hal tersebut. ‘a..anak itu seperti Vicky’ kata Imam sambil menunjuk ke samping tumpukan mayat ‘iya benar itu dia’ sahut Hiero, merekapun langsung berlari mendekatinya, ‘Vicky, oi Vicky bangun’ teriak Hiero, Vicky hanya menggeram kesakitan sambil memegang bahu kirinya yang bersimbah darah, ‘kita harus menolongnya’ kata Jiyuu, ‘tapi bagai mana?’ balas Imam, tiba – tiba Randy berkata ‘biasanya di panti asuhan nyonya Saki menyimpan perban dan obat – obatan di kamarnya’ ‘baiklah ayo kita kesana’. Merekapun menggotong Vicky ke panti asuhan.
Sesampainya di sana mereka hanya bisa terdiam, panti asuhan tempat tinggal Randy, Imam dan Hiero sudah hangus terbakar ‘bagai mana ini?’ Tanya Imam, mereka berfikir sejenak ‘begini saja, kau tunggu di sini bersama anak wanita ini. sedangkan aku dan dua lainnya mencari perban dan obat’ kata jiyuu ‘baiklah’. Mereka bertiga pun pergi mencari di rumah - rumah sekitar. Sudah lebih dari 10 menit belum ada satupun dari mereka yang kembali, Imam pun makin khawatir melihat keadaan Vicky yang makin memburuk, ia pun mencoba menekan luka di tangan  Vicky untuk mengurangi pendarahannya. Dan vicky hanya bisa menahan sakit di tangan kirinya. Setelah lebih dari 30 menit Jiyuu dan Randy kembali membawa perban dan obat, mereka langsung membungkus luka Vicky dengan perban, ‘satu anak lagi belum kembali’ tanya Jiyuu kepada Imam ‘belum,aku juga tidak tau dia kemana’ ‘mungkin dia hilang‘ jawab Randy, beberapa menit kemudian Hiero kembali ‘oii.. gw bawa makanan nih’, Hiero pun menunjukan makanan yang ia temukan, tapi mereka hanya terdiam karena tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan makanan – makanan itu. ‘sepertinya sudah hampir malam,lebih baik sekarang kita mencari tempat untuk beristirahat dan sembunyi jika mereka kembali’ kata Jiyuu, merekapun mencari rumah yang kelihatannya masih bisa untuk di tinggali. Dan mereka menemukan sebuah rumah yang cukup aman, hanya saja seluruh isi rumah sudah berantakan. Di dalam rumah tak ada satupun dari mereka yang berbicara, Vicky tertidur di kursi panjang di selimuti kain - kain, Randy berdiri di dekat perapian, Hiero duduk di meja makan, Imam duduk di pojok ruangan dan Jiyuu menatap ke luar jendela, masing  - masing dari mereka berfikir di selimuti kata yg ada di fikiran mereka “apa yang akan kami lakukan besok ?”

Just a story from my head. LOL

Kali ini aku akan menceritakan kisah negeri tapi dengar baik-baik karena aku tak akan mengulangi ceritaku. Dahulu terjadi perang besar antara manusia dan elf, pada saat itu manusia terbagi menjadi 5 wilayah kerajaan yaitu kerajaan Verendi, Mendiesta, Highstone, Waterclock dan Sollom. Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja namun para raja harus mematuhi raja tertinggi yang terpilih berdasarkan pemilihan. Saat itu raja tertinggi ke 3, raja tertinggi Alexi mengumpulkan seluruh pasukan dari seluruh wilayah kerajaan manusia, hanya dalam waktu 2 malam 200.000 pria gagah berani telah berkumpul di daerah Androm, wilayah kerajaan Mendiesta, wilayah yang berbatasan langsung dengan wilayah kekaisaran elf. Dipagi hari sebelum penyerangan ke wilayah elf raja tertinggi Alexi memberikan pidato di depan seluruh pasukan, ia berkata:
“Pasukanku, aku sangat berterima kasih kepada kalian semua karena telah datang. Hari ini kita akan pergi berperang melawan si brengsek berkuping runcing, mereka berfikir bahwa kita manusia adalah mahluk lemah dan bodoh yang menyembah tuhan palsu. Mereka mengirimkan utusan yang mengatakan bahwa kita harus menyembah tuhan mereka atau mereka akan menyerang dan membunuh siapapun yang menentang, tapi mereka tidak akan menyerang kita, tidak, tidak akan. Kalian tau kenapa? karena kita yang akan terlebih dahulu menyerang mereka! Kita akan membuat mereka mengerti bahwa manusia bukanlah mahluk lemah dan bodoh yang menyembah tuhan palsu, kita akan membuat mereka mengerti dengan pedang kita, tombak kita, panah kita, dan darah kita!!“
Setelah memberikan pidato singkat, raja tertinggi Alexi membagi pasukannya menjadi dua, dia sendiri memimpin pasukan pertama dengan sebutan High king army yang terdiri dari 50.000 tentara elit dan di dalam pasukan itu terdapat 10.000 High king royal guard, pasukan pengawal pribadi raja tertinggi, mereka adalah prajurit-prajurit terbaik manusia. Pasukan kedua yaitu main army yang terdiri dari 150.000 tentara dipimpin oleh para raja yaitu Raja Huang Xii dari Sollom, Raja Rogg the stone heart dari Highstone, Raja hermis dari Waterclock, Raja Eldgar dari Verendi, dan Raja Abdlullah dari Mendiesta. High king army berangkat terlebih dahulu menuju kota High Wood kota terdekat yang berada di wilayah kekaisaran elf.
Kota High Wood berada diantara yellow forest dan sungai Murlock, siapapun yang ingin keluar atau masuk kota High Wood mereka harus melewati jembatan yang menyebrangi sungai Murlock atau melalui yellow forest dan dari Androm jalan satu-satunya untuk masuk ke kota adalah melewati jembatan sungai Murlock. Sesampainya di kota High Wood mereka tidak mendapatkan perlawanan dari para elf, bahkan sama sekali tidak ada elf di kota tersebut Alexi pun memerintahkan pasukannya untuk membuat pertahanan dan beristirahat di kota sambil menunggu main army menyusul mereka. Di kota itu terdapat  menara-menara tinggi dan di tengah kota terdapat gereja yang cukup besar, dia pun menempatkan pemanah di atas menara-menara tersebut dan mengirimkan patroli ke sekitar kota. Malam hampir tiba namun prajurit yang ia kirim untuk berpartoli belum kembali, tiba-tiba salah satu prajurit yang berada di atas menara berteriak “Tuanku, ada yang datang dari sana” sambil menunjuk ke arah hutan, ternyata itu adalah kuda prajurit yang pergi berpatrol, kuda itu kembali tanpa penunggangnya dan terdapat bekas anak panah eif di sadel kuda itu. Raja tertinggi Alexi langsung memerintahkan pasukannya untuk bersiaga dan dia mengirimkan penunggang kuda tercepatnya untuk menyampaikan pesan ke main army namun begitu sang penunggang kuda menyebrangi jembatan panah menancap di dadanya, sang penunggang itu terjatuh dari kudanya dan langsung mati seketika. Raja tertinggi Alexi sadar bahwa mereka telah dikepung oleh tentara elf, menyerang para elf tanpa mengetahui lokasi pasti dan jumlah mereka adalah hal bodoh, dia menyadari bahwa satu-satunya jalan adalah dengan bertahan dan berharap bahwa main army akan segera datang. Alexi langsung memerintahakan seluruh pasukannya untuk mundur ke gereja, dia tau dengan bertahan di tengah kota akan memaksa para elf menyerang mereka dari dekat yang tidak dia ketahui adalah pasukan elf yang mengepung mereka adalah pasukan utama elf yang terdiri dari 300.000 tentara yang awalnya ingin menyerang kerajaan manusia dan 100.000 dari mereka adalah Elf’ik tentara elite kaisar Winhirlm yang bersenjatakan busur yang terbuat dari kayu ebony kayu terkuat di dunia dan busur itu memikiki sisi luar yang tajam seperti pedang, mereka juga memakai diamor baju pelindung yang terbuat dari baja dan berlian.

            Apa yang akan terjadi dengan raja tertinggi Alexi dan pasukannya? Akan ku ceritakan dilain hari. Sekarang berikan aku minuman itu, aku sangat haus

Business Letters

Parts of a Business Letter

1.      Heading
Most companies use letterhead--stationery with the company’s logo, name, address and other contact and identifying information. If the company does not have letterhead, the company’s full name and address should be typed at the top of the page.

2.      Date
Letters should always include a date. You enter dates two to six lines below the heading, depending on the length of the letter. Use the full month name spelled out, then the day, followed by a comma, and then the four-digit year, for example, June 6, 2010.

3.      Reference
Include a reference line to identify a file or case number, invoice number or any other internal entifying information, if your company requires one. Some companies have specific reference codes that they place either in a reference line below the date, or at the very bottom of the letter.

4.      Addressee
Your letter should include the name of the addresses with her title (Ms. J. Jones, Dr. Charlene Price), followed by her company name and full address, including the postal code.

5.      Subject
Adding a subject line makes it easier for the reader to quickly understand the situation. Normally the subject sentence follows the word “Subject:” or “Re:” (regarding). Place the subject after the addressee’s address and before the greeting.

6.      Salutation
The salutation is your greeting. Most salutations begin with “Dear” followed by either the recipient’s first name, or title and last name. Endeavor to address all letters to an actual person. However, if you don’t know the person’s name, use Dear Madam/Sir, or the job title, such as Dear Accounting Manager.

7.      Body Paragraphs
The opening paragraph should always state why you are writing. Then, in a simple and traightforward manner, explain the situation, the solution, the suggestion or whatever other message you need to get across to the recipient. Be as brief as possible since long complicated messages often distract readers. Start a new paragraph whenever you begin a new subject.

8.      Close
Always use a complimentary close. It is a short, polite closing followed by a comma. When the letter is impersonal, use “Yours truly.” If the letter is to someone above you in rank, use “Respectfully yours.” If you have a personal connection to the addressee, use “Sincerely” or “Sincerely yours.” (Ref. 1, Ref. 2)

9.      Signature
Four spaces below the close, type your full or business name. In the space in-between, you will hand write your signature in ink. Use black or dark blue ink for your signature.

10.  Identifying Notations
If you type a letter for someone else, add identifying initials. For example if John Doe types a letter for Jane Smith, the notation would be JS:jd. Then, if you are enclosing items in the envelope, add an enclosure notation (Enc:, Encl: or Enclosures) followed by the title of the enclosures. Add the notation cc: followed by the names of everyone receiving a copy.

11.  Postscript
To add information not necessarily related to the letter, like a personal note, include a postscript (P.S.) at the bottom.Format of Business Letter

Format of Business Letter

                                       

Styles Or Forms Of Business Letters

Business letters may be written in any of the following styles: full block or purely block, simplified, modified block, semi-block, hanging-indented, indented, and memorandum style. The full block style has all the letter elements flush with the left margin; it is asymmetrical because there are wide white spaces on the right. It differs from the simplified style in the sense that the salutation and the complimentary close are absent in the latter. The modified block style, the semi-block style, and the hanging-indented style share the same format, that is, all the letter elements, except the salutation, complimentary close, and signature (which are begun at the center) are flush with the left margin. The three differ in paragraph indention: the modified block has no indention, the semi-block style has a normal or standard indention, while the hanging-indented style, as its name suggests, has a hanging indention. The indented style has most of its elements indented. The memorandum style has a unique format. It has a header with the reference line, date line, subject line, TO line, FROM line, and THRU line. A demarcation line divides the header and the body of the letter. Examples of the letter styles are found below.

Example Of Business Letter

                                         
Sumber: