Sunday, October 26, 2014

Chapter 2

Chapter  2
‘Gawat’ teriak Imam, ‘memangnya ada  apa’ Tanya Jiyuu ‘Suhu tubuh Vicky makin panas’ merekapun langsung berlari mendekat, mereka melihat badan Vicky gemetar dan di penuhi keringat. ‘gawat sepertinya dia terkena demam’kata Hiero ‘jangan – jangan akibat luka yang kemarin,jika benar kita harus membawanya ke dokter’ kata Jiyuu ‘dokter ? tapi di mana?’ sahut Imam panik, Semuanya terdiam  ‘kita harus pergi ke kota sekarang juga’ ‘benar’ kata Hiero ‘tapi jaraknya terlalu jauh, bagaimana jika ia mati, bagaimana jika kita semua juga terbunuh oleh orang – orang yang menyerang desa..!’ lanjut Imam, brrraakk… Jiyuu mendorong Imam hingga terjatuh  lalu ia berkata ‘ke kota adalah satu – satunya harapan kita, tidak ada pilihan lain. Kau tau itu..!’ Imam pun langsung bangun dan melayang kan pukulan ke Jiyuu sambil berkata ‘tapi kau kan tidak harus seperti itu kan!’. dakk.. pukulan Imam tertahan oleh telapak tangan Hiero ‘jika kalian masih mau berkelahi, nanti saja setela kita membawa Vicky ke dokter’ Jiyuu dan Imam terdiam, suasna di kamar menjadi panas. ‘ada apa ini?’ Randy yang baru kembali dari luar mencari makanan bertanya dari depan pintu.
‘Jarak dari sini ke kota sekitar 1 jam jika menggunakan kereta kuda’ kata Jiyuu Tiba - tiba membuka percakapan, ‘tapi bukannya lebih baik kita mencari pertolongan di desa – desa terdekat?’ Balas Randy ‘itu memang benar, tapi kita tidak tau apakah di sana ada dokter. Dan ada kemungkinan desa lain juga ikut di serang’ ‘menurutku yang di katakannya masuk akal, lebih baik kita ke tempat yang sudah pasti ada dokternya. Bagaimana menurut mu Mam?’ Tanya Hiero ke Imam yang masih kesal akibat persoalan sebelumnya, ‘baiklah kita ke kota’ balas Imam dengan nada sedikit kesal. Setelah memper siapkan perbekalan mereka berangkat ke kota sambil menandu Vicky.
Mereka akhirnya pergi meninggalkan desa. Jiyuu masih berat untuk meninggalkan desa, ia memandangi desa terus menerus “ibu, maafkan aku” ucap Jiyuu dalam hati ‘hey, ayo’ panggil Hiero. mereka sudah berjalan sangat jauh dari desa, dan tidak ada satupun dari mereka yang mengucapkan kata – kata setelah keluar dari desa. Di saat mereka semua terdiam Randy bertanya ke Jiyuu ‘ngomong – ngomong, kami belum tau siapa namamu, aku Randy, yang pendek itu Hiero, dan yg beralis tebal di depan Imam, lalu …’ ‘vicky, nama anak perempuan ini vicky kan’ ‘ya, kau benar’ ‘aku.., aku Jiyuu, Jiyuu Rama.’ ‘kau orang baru di sini?’ Tanya Hiero melanjutkan ‘ya, aku pindah kemari dua hari lalu bersama ibu’ ‘lalu ayahmu?’
Tiba – tiba Jiyuu teringat beberapa hari sebelumnya, sebelum ia pindah ke desa Gludin. Dulu ia tinggal bersama ke-dua orang tuanya, ayahnya adalah seorang peneliti yang bekerja pada pemerintah. Duk duk duk.. pintu rumah kediaman jiyuu di ketuk oleh salah seorang tamu, jiyuu yang mendengar ketukan itu segera berjalan kearah pintu dan membukanya, ‘hei anak kecil, apa Doktor Jackob ada di sini’ ‘ya, ayah ada di dalam. Kalian siapa’ ‘kami pengawal gracia, boleh kami bertemu dengannya’ ‘ya sebentar, aku akan memanggil ayah. Silahkan tunggu di dalam’ ucap Jiyuu mempersilahkan mereka masuk, setelah itu ia menuju lantai bawah dan memanggil ayahnya. Di bawah Ibu dan ayah Jiyuu sedang berbicara, entah apa yang mereka bicarakan. ‘Ayah.. ada yang mencari ayah, mereka dari gracia’ ‘gracia?’ yah, begitulah. Suatu saat ayah jiyuu di minta untuk ikut dalam ekspedisi menemukan sesuatu yang hilang, ia bersama beberapa orang lainnya dari kerajaan pergi untuk meneliti hal tersebut. Ia pergi meninggalkan Jiyuu dan ibunya, sebelum pergi melangkah keluar ia membisikkan sesuatu pada ibu Jiyuu. ‘baiklah aku pergi’, itu kata terakhir yang di dengar oleh Jiyuu yang keluar dari ayahnya.
 ‘hey, hey.. apa kau mendengarkan.’ Seru Hiero ‘eh, ya..?’ ‘memangnya kau sudah pernah pergi ke kota?’ ‘ya, dulu waktu ayah ku masih ada’ ‘emangnya benar kita bisa menyembuhkan Vicky kalau kita ke kota’ tanya Hiero ‘benar, di kota ada banyak dokter yang hebat, kita bisa menyembuhkan Vicky di..’ ‘BERHENTI!’ tiba - tiba Imam berteriak ‘ada apa’ tanya Hiero ‘sepertinya wajah Vicky makin pucat’ Hiero mencoba memeriksa suhu tubuh Vicky. ‘enggak mungkin, kalau terus begini vicky enggak bisa bertahan sampai besok’ mereka berfikir apa yang harus mereka lakukan, tiba – tiba terdengar suara seseorang yang memanggil mereka ‘Hoooii….’ ‘waaa..!!’ mereka semua terkejut mendengar suara tersebut mereka melihat sesosok lelaki tua, berrambut putih tetapi tidak kehilangan semangatnya, ‘sedang apa kalian’ Tanya sang kakek ‘kami ingin pergi ke’ seperti tak perduli yang di jelaskan Imam, sang kakek langsung mendekati Vicky ‘anak ini sakit, cepat ikut aku’ kata sang kakek, mereka pun mengikuti sang kakek. Mereka tiba di sebuah rumah yang ber ada di tengah hutan,  mereka terdiam sejenak ‘kalian mau berdiri di depan sampai besok atau masuk kedalam dan menolong teman kalian’ ucap sang kakek dari dalam rumah, merekapun masuk  ke rumah . ‘bawa dia ke kamar itu’ kata sang kakek sambil menunjuk ke sebuah ruangan yang ada di samping mereka, mereka pun menaruh Jid di atas kasur, si kakek membuka perban di tangan Vicky, ternyata tangan Jid sudah membusuk ‘aku harus memotong tangannya’ Jiyuu dan yang lainnya hanya bisa pasrah mendengar perkataan sang kakek.
Langit di luar rumah sudah terlihat gelap, Sang kakek keluar dari dalam kamar ‘bagai mana keadaan teman kami kek?’ Tanya Imam ‘sekarang dia sedang istirahat, demamnya sudah menurun  walaupun ia harus kehilangan tangan kirinya’ jawab sang kakek. ‘kehilangan tangan kiri!’ semua terkejut. ‘kakek, yang benar saja’ ‘apa aku harus berbohong?’ ‘tapi…’ ‘sudahlah.. yang paling penting teman kalian selamat kan’ ‘yap bener, Cuma satu tangan, enggak masalah’ ucap Randy. ‘hoi, apa maksudnya itu. Kau ini sadis atau apa’ ‘udah lah Jiyuu, jangan di perpanjang’ tenang Hiero
 ‘ngomong – ngomong, berapa umur kalian dan apa yang kalian lakukan di tengah hutan?’ Tanya sang kakek, ‘umur kami 12 kek dan sebenarnya kami ingin ke kota mencari dokter untuk menyembuhkan teman kami’ jawab Hiero ‘apa orang tua kalian tidak mencari kalian?’ Jiyuu langsung menjawab ‘orang tua dan semua penduduk desa kami dibunuh’ sang kakek melihat ke mata Jiyuu, mata yang dipenuhi dengan dendam dan kebencian, ‘baiklah untuk sementara kalian boleh tinggal disini’ ‘yang bener kek ?’ tanya mereka ‘ia’ jawab si kakek ‘horee!!’ mereka semua bersorak ke girangan tiba – tiba terdengar suara perempuan dari dapur ‘kakek makanan udah siap nih’ ‘ayo kita makan dulu’ ajak sang kakek. Di dapur mereka melihat seorang anak perempuan berambut pirang ‘oh iya kenalkan ini cucu kakek Rika’ Randy langsung maju mendekati Rika, ia langsung mengelus – elus kepala Rika sambil berkata ‘ade kecil pinter ya udah bisa masak, kenalin nama kakak’ duakk!! Rika menendang kaki Randy sekuat tenaga ‘aduhh!!’ teriak Randy kesakitan, Rika langsung menolak pinggang dan berkata ‘aku bukan anak kecil!’. ‘haha.. benar – benar. Rika itu seumuran dengan kalian’ ‘apa’ mereka semua terkejut karena melihat postur tubuh Rika yang seperti anak umur 9 tahun. ‘Ayo silahkan’ kakek mempersilahkan mereka duduk. Setelah mereka duduk dan bersiap untuk menyantap makanan mereka tiba-tiba, *Ctakk* terdengar suara jentikan jari sang kakek, dan semua lilin di atas meja menyala, hal itu membuat min dan yang lainnya terkejut.
‘ayo anak – anak, silahkan makan..’, setelah kakek mempersilahkan tamu – tamu kecilnya, mereka-pun menyantap hidangan yang tersedia di atas meja. Di saat makan wajah Rika terlihat sangat marah, sepertinya ia sangat membenci Randy, dia selalu melihatnya sambil menusukan garpu ke meja, sedangkan Randy terlihat masih kesakitan akibat tendangan dari Rika. Di tengah acara makan mereka Hiero menanyakan sesuatu pada kakek’kakek pesulap ya?’ Tanyanya ‘bukan’ jawab sang kakek singkat ‘Kalo bukan kenapa lilinnya nyala sendiri ?’ lanjutnya heran. ‘ooh itu, itu adalah ark’ ‘ark, memang ark itu apa kek ?’, ‘jadi kalian belum tau?. Baik, kakek akan jelaskan. ark itu..’.

No comments:

Post a Comment