Sunday, October 26, 2014

Chapter 1

The beginning of everything (a story that hasn't finish yet)
Chapter  1
Tahun 5780 di dunia yang berbeda dengan tempat kita tinggal, ada sebuah desa kecil bernama Gludin di kerajaan Gracia yang damai dan tentram hanya dalam waktu sehari berubah menjadi desa yang dipenuhi dengan darah. Dari kejauhan terdengar suara jeritan manusia  mayat – mayat berserakan, rumah – rumah terbakar, tidak ada yang tau siapa dan mengapa mereka melakukannya.
Jiyuu Rama, seorang anak kecil berumur 12 tahun yang saat itu sedang makan siang bersama ibunya, kaget mendengar suara pintu yang di dobrak. Ia melihat seorang pria tinggi besar memakai helm bertanduk dan membawa kampak besar mendekati meraka, Ibu Jiyuu yang saat itu sedang bersamanya langsung memeluk Jiyuu dan berkata ‘siapa kalian?’ Tanpa sepatah kata pun keluar dari pria itu, lalu pria itu pun langsung menebaskan kampaknya  dan mengenai punggung sang ibu,sang ibu pun tewas seketika. Jiyuu yang saat itu sedang berada di pelukan sang ibu, terlempar dan membuat kepalanya terbentur kelantai hingga pingsan. Pria besar tersebut langsung pergi meninggalkan Jiyuu yang pingsan.
Di tempat lain beberapa anak yang juga berumur 12 tahun, mereka bernama Randy Beta, Imam Firmansyah, Daniel Hieronimus, dan seorang gadis bernama Vicky Charter yang sedang asik memancing di sungai yang berjarak cukup jauh dari desa mereka, terkejut  melihat asap tebal dari arah desa. Vicky yang saat itu menyadari ada sesuatu yang terjadi langsung berlari kearah desa, Randy, Imam, dan Hiero pun mengikutinya. ‘Vic, Vicky tunggu’ teriak Hiero, tanpa mendengarkan kata – kata Hiero Vicky tetap berlari hingga sampai ke pinggiran desa ia pun berhenti dan segera merunduk bersembuny di semak – semak, dan ketiga anak lainnya pun mengikuti apa yang di lakukan Vicky. ‘memangnya apa yang terjadi?’ kata Imam bertanya kepada Vicky ‘aku ga tau, tapi sepertinya ada hal yang aneh’ ‘lihat – lihat’ kata Randy menunjuk kearah tempat tinggal vicky, mereka melihat dua orang pria bertopeng menyeret kedua orang tuanya ketengah desa dan membakar rumahnya, Vicky pun langsung keluar dari semak – semak. Randy, Imam dan Hiero mencoba untuk menghentikannya namun Vicky memberontak ‘minggir kalian’ dan lari mengejar kedua pria bertopeng tersbut, Randy menahan Hiero dan Imam yang ingin mengikuti Vicky. ‘lebih baik kita tunggu di sini’ kata Randy, ‘Mana bisa kita hanya diam di sini’ ucap Imam, ‘benar mam, kita gak bisa berbuat apapun sama orang – orang itu’ lanjut hiero. Akhirnya Imam pun menurut dan kembali bersembunyi dan menunggu Vicky kembali. ‘geh.. sial!’.
Sore harinya api yang membakar desa sudah hampir padam, ‘ini sudah terlalu lama’ kata Imam kepada Hiero, ‘Baiklah ayo kita cari Vicky’. merekapun keluar dari semak dan menuju ketengah desa. Mereka tercengang saat baru ingin memasuki desa mereka melihat banyak rumah hangus dan habis terbakar. ‘ini seperti dulu, seperti dulu’ Imam terlihat gemetar dan menutupi wajahnya dengan dua telapak tangannya ‘lu kenapa?’tanya Hiero, tiba – tiba mereka melihat seseoreang keluar dari dalam rumah yang sudah hampir roboh, orang itu adalah Jiyuu, ia keluar dengan terus menatap tangannya yang berlumuran darah, Randy berlari mendekati Jiyuu ‘Hoi, lu gak papa?’ Tanya Randy, Jiyuu masih tetap terdiam sambil menatap kedua tangannya, Randy bingung dengan apa yang di maksud olehnya, ia segera mencari air dan menyiram tangan Jiyuu ‘Byurrr’ Jiyuu pun terkejut dan berkata ‘ibu’, ia langsung masuk kedalam dan melihat mayat ibunya, ia menangis sambil memeluk mayat sang ibu, tak lama Randy ikut masuk ke dalam dan mendekati Jiyuu dan berkata ‘ayo kita harus pergi dari sini’sambil memegang pundaknya, Jiyuu­­ menghapus air matanya dan berkata ‘ibu, aku akan membunuh orang yang melakukan ini’ lalu ia pergi setelah mengambil kalung liontin yang dipakai ibunya.
Di luar rumah, Hiero berteriak memangil mereka dari tengah desa ‘hei cepat kesini !’, mendengar itu mereka langsung berlari ke arah Hiero, mereka terkejut melihat tumpukan mayat para penduduk kota . ‘Hoekk’ Randy pun langsung muntah melihat hal tersebut. ‘a..anak itu seperti Vicky’ kata Imam sambil menunjuk ke samping tumpukan mayat ‘iya benar itu dia’ sahut Hiero, merekapun langsung berlari mendekatinya, ‘Vicky, oi Vicky bangun’ teriak Hiero, Vicky hanya menggeram kesakitan sambil memegang bahu kirinya yang bersimbah darah, ‘kita harus menolongnya’ kata Jiyuu, ‘tapi bagai mana?’ balas Imam, tiba – tiba Randy berkata ‘biasanya di panti asuhan nyonya Saki menyimpan perban dan obat – obatan di kamarnya’ ‘baiklah ayo kita kesana’. Merekapun menggotong Vicky ke panti asuhan.
Sesampainya di sana mereka hanya bisa terdiam, panti asuhan tempat tinggal Randy, Imam dan Hiero sudah hangus terbakar ‘bagai mana ini?’ Tanya Imam, mereka berfikir sejenak ‘begini saja, kau tunggu di sini bersama anak wanita ini. sedangkan aku dan dua lainnya mencari perban dan obat’ kata jiyuu ‘baiklah’. Mereka bertiga pun pergi mencari di rumah - rumah sekitar. Sudah lebih dari 10 menit belum ada satupun dari mereka yang kembali, Imam pun makin khawatir melihat keadaan Vicky yang makin memburuk, ia pun mencoba menekan luka di tangan  Vicky untuk mengurangi pendarahannya. Dan vicky hanya bisa menahan sakit di tangan kirinya. Setelah lebih dari 30 menit Jiyuu dan Randy kembali membawa perban dan obat, mereka langsung membungkus luka Vicky dengan perban, ‘satu anak lagi belum kembali’ tanya Jiyuu kepada Imam ‘belum,aku juga tidak tau dia kemana’ ‘mungkin dia hilang‘ jawab Randy, beberapa menit kemudian Hiero kembali ‘oii.. gw bawa makanan nih’, Hiero pun menunjukan makanan yang ia temukan, tapi mereka hanya terdiam karena tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan makanan – makanan itu. ‘sepertinya sudah hampir malam,lebih baik sekarang kita mencari tempat untuk beristirahat dan sembunyi jika mereka kembali’ kata Jiyuu, merekapun mencari rumah yang kelihatannya masih bisa untuk di tinggali. Dan mereka menemukan sebuah rumah yang cukup aman, hanya saja seluruh isi rumah sudah berantakan. Di dalam rumah tak ada satupun dari mereka yang berbicara, Vicky tertidur di kursi panjang di selimuti kain - kain, Randy berdiri di dekat perapian, Hiero duduk di meja makan, Imam duduk di pojok ruangan dan Jiyuu menatap ke luar jendela, masing  - masing dari mereka berfikir di selimuti kata yg ada di fikiran mereka “apa yang akan kami lakukan besok ?”

No comments:

Post a Comment