The beginning of everything (a story that hasn't finish yet)
Chapter 1
Chapter 1
Tahun 5780 di dunia yang berbeda dengan tempat kita tinggal, ada sebuah
desa kecil bernama Gludin di kerajaan Gracia yang damai dan tentram hanya dalam
waktu sehari berubah menjadi desa yang dipenuhi dengan darah. Dari kejauhan
terdengar suara jeritan manusia mayat – mayat berserakan, rumah – rumah
terbakar, tidak ada yang tau siapa dan mengapa mereka melakukannya.
Jiyuu Rama, seorang anak kecil berumur 12 tahun yang saat itu sedang makan
siang bersama ibunya, kaget mendengar suara pintu yang di dobrak. Ia melihat
seorang pria tinggi besar memakai helm bertanduk dan membawa kampak besar
mendekati meraka, Ibu Jiyuu yang saat itu sedang bersamanya langsung memeluk
Jiyuu dan berkata ‘siapa kalian?’ Tanpa sepatah kata pun keluar dari pria itu,
lalu pria itu pun langsung menebaskan kampaknya dan mengenai punggung
sang ibu,sang ibu pun tewas seketika. Jiyuu yang saat itu sedang berada di
pelukan sang ibu, terlempar dan membuat kepalanya terbentur kelantai hingga
pingsan. Pria besar tersebut langsung pergi meninggalkan Jiyuu yang pingsan.
Di tempat lain beberapa anak yang juga berumur 12 tahun, mereka bernama
Randy Beta, Imam Firmansyah, Daniel Hieronimus, dan seorang gadis bernama Vicky
Charter yang sedang asik memancing di sungai yang berjarak cukup jauh dari desa
mereka, terkejut melihat asap tebal dari arah desa. Vicky yang saat itu
menyadari ada sesuatu yang terjadi langsung berlari kearah desa, Randy, Imam,
dan Hiero pun mengikutinya. ‘Vic, Vicky tunggu’ teriak Hiero, tanpa
mendengarkan kata – kata Hiero Vicky tetap berlari hingga sampai ke pinggiran
desa ia pun berhenti dan segera merunduk bersembuny di semak – semak, dan
ketiga anak lainnya pun mengikuti apa yang di lakukan Vicky. ‘memangnya apa
yang terjadi?’ kata Imam bertanya kepada Vicky ‘aku ga tau, tapi sepertinya ada
hal yang aneh’ ‘lihat – lihat’ kata Randy menunjuk kearah tempat tinggal vicky,
mereka melihat dua orang pria bertopeng menyeret kedua orang tuanya ketengah
desa dan membakar rumahnya, Vicky pun langsung keluar dari semak – semak.
Randy, Imam dan Hiero mencoba untuk menghentikannya namun Vicky memberontak
‘minggir kalian’ dan lari mengejar kedua pria bertopeng tersbut, Randy menahan
Hiero dan Imam yang ingin mengikuti Vicky. ‘lebih baik kita tunggu di sini’
kata Randy, ‘Mana bisa kita hanya diam di sini’ ucap Imam, ‘benar mam, kita gak
bisa berbuat apapun sama orang – orang itu’ lanjut hiero. Akhirnya Imam pun
menurut dan kembali bersembunyi dan menunggu Vicky kembali. ‘geh.. sial!’.
Sore harinya api yang membakar desa sudah hampir padam, ‘ini sudah
terlalu lama’ kata Imam kepada Hiero, ‘Baiklah ayo kita cari Vicky’. merekapun
keluar dari semak dan menuju ketengah desa. Mereka tercengang saat baru ingin
memasuki desa mereka melihat banyak rumah hangus dan habis terbakar. ‘ini
seperti dulu, seperti dulu’ Imam terlihat gemetar dan menutupi wajahnya dengan
dua telapak tangannya ‘lu kenapa?’tanya Hiero, tiba – tiba mereka melihat
seseoreang keluar dari dalam rumah yang sudah hampir roboh, orang itu adalah
Jiyuu, ia keluar dengan terus menatap tangannya yang berlumuran darah, Randy
berlari mendekati Jiyuu ‘Hoi, lu gak papa?’ Tanya Randy, Jiyuu masih tetap
terdiam sambil menatap kedua tangannya, Randy bingung dengan apa yang di maksud
olehnya, ia segera mencari air dan menyiram tangan Jiyuu ‘Byurrr’ Jiyuu pun
terkejut dan berkata ‘ibu’, ia langsung masuk kedalam dan melihat mayat ibunya,
ia menangis sambil memeluk mayat sang ibu, tak lama Randy ikut masuk ke dalam
dan mendekati Jiyuu dan berkata ‘ayo kita harus pergi dari sini’sambil memegang
pundaknya, Jiyuu menghapus air matanya dan berkata ‘ibu, aku akan membunuh
orang yang melakukan ini’ lalu ia pergi setelah mengambil kalung liontin yang
dipakai ibunya.
Di luar rumah, Hiero berteriak memangil mereka dari tengah desa ‘hei
cepat kesini !’, mendengar itu mereka langsung berlari ke arah Hiero, mereka
terkejut melihat tumpukan mayat para penduduk kota . ‘Hoekk’ Randy pun langsung
muntah melihat hal tersebut. ‘a..anak itu seperti Vicky’ kata Imam sambil
menunjuk ke samping tumpukan mayat ‘iya benar itu dia’ sahut Hiero, merekapun
langsung berlari mendekatinya, ‘Vicky, oi Vicky bangun’ teriak Hiero, Vicky
hanya menggeram kesakitan sambil memegang bahu kirinya yang bersimbah darah, ‘kita
harus menolongnya’ kata Jiyuu, ‘tapi bagai mana?’ balas Imam, tiba – tiba Randy
berkata ‘biasanya di panti asuhan nyonya Saki menyimpan perban dan obat –
obatan di kamarnya’ ‘baiklah ayo kita kesana’. Merekapun menggotong Vicky ke
panti asuhan.
Sesampainya
di sana mereka hanya bisa terdiam, panti asuhan tempat tinggal Randy, Imam dan
Hiero sudah hangus terbakar ‘bagai mana ini?’ Tanya Imam, mereka berfikir
sejenak ‘begini saja, kau tunggu di sini bersama anak wanita ini. sedangkan aku
dan dua lainnya mencari perban dan obat’ kata jiyuu ‘baiklah’. Mereka bertiga
pun pergi mencari di rumah - rumah sekitar. Sudah lebih dari 10 menit belum ada
satupun dari mereka yang kembali, Imam pun makin khawatir melihat keadaan Vicky
yang makin memburuk, ia pun mencoba menekan luka di tangan Vicky untuk
mengurangi pendarahannya. Dan vicky hanya bisa menahan sakit di tangan kirinya.
Setelah lebih dari 30 menit Jiyuu dan Randy kembali membawa perban dan obat,
mereka langsung membungkus luka Vicky dengan perban, ‘satu anak lagi belum
kembali’ tanya Jiyuu kepada Imam ‘belum,aku juga tidak tau dia kemana’ ‘mungkin
dia hilang‘ jawab Randy, beberapa menit kemudian Hiero kembali ‘oii.. gw bawa
makanan nih’, Hiero pun menunjukan makanan yang ia temukan, tapi mereka hanya
terdiam karena tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan makanan –
makanan itu. ‘sepertinya sudah hampir malam,lebih baik sekarang kita mencari
tempat untuk beristirahat dan sembunyi jika mereka kembali’ kata Jiyuu,
merekapun mencari rumah yang kelihatannya masih bisa untuk di tinggali. Dan
mereka menemukan sebuah rumah yang cukup aman, hanya saja seluruh isi rumah
sudah berantakan. Di dalam rumah tak ada satupun dari mereka yang berbicara,
Vicky tertidur di kursi panjang di selimuti kain - kain, Randy berdiri di dekat
perapian, Hiero duduk di meja makan, Imam duduk di pojok ruangan dan Jiyuu
menatap ke luar jendela, masing - masing dari mereka berfikir di selimuti
kata yg ada di fikiran mereka “apa yang akan kami lakukan besok ?”
No comments:
Post a Comment